Ancaman Bruteforce Tembus 14 Juta Kasus: Apa yang Harus Dilakukan?
- freepick
Gadget – Halo teman-teman! Kita hidup di era digital yang sangat dinamis, namun juga menghadirkan tantangan besar dalam bidang keamanan siber. Di tahun 2024 ini, Indonesia mencatat lebih dari 14,6 juta upaya serangan siber dengan metode bruteforce peningkatan signifikan hingga 25% jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Metode bruteforce sendiri merupakan pendekatan peretas yang bekerja secara 'coba-coba' kata sandi atau kunci enkripsi sampai menemukan kombinasi yang tepat. Salah satu target favorit mereka adalah protokol Remote Desktop Protocol (RDP) milik Microsoft, yang banyak digunakan oleh perusahaan untuk akses jarak jauh. Sayangnya, celah inilah yang sering dimanfaatkan oleh penjahat siber untuk mencuri data penting.
Tren ini tidak hanya terjadi di Indonesia saja, lho. Menurut Kaspersky, Asia Tenggara mencatat lebih dari 53 juta serangan bruteforce selama 2024, dengan Vietnam sebagai negara dengan jumlah serangan terbanyak, diikuti Thailand, Indonesia, dan Singapura. Fenomena ini memperingatkan semua pelaku bisnis untuk memperkuat pertahanan sistem mereka demi menghindari kerugian yang tak terduga.
Ancaman Bruteforce dengan Bantuan AI Semakin Mengkhawatirkan
Pada era saat ini, kemajuan teknologi bukan hanya membantu kita tetapi juga menjadi senjata bagi para pelaku kejahatan siber. Dengan bantuan kecerdasan buatan (AI), para peretas dapat menebak kata sandi atau memecahkan enkripsi jauh lebih cepat dibandingkan cara konvensional. Ini membuat serangan bruteforce semakin sulit dideteksi sejak dini.
"Kami mendeteksi lebih dari 145 ribu upaya pembobolan setiap hari di Asia Tenggara," ungkap Adrian Hia, Managing Director Kaspersky Asia Pasifik. Ia menjelaskan bahwa ancaman ini semakin nyata karena masih minimnya kesadaran akan pentingnya keamanan siber di banyak perusahaan.
Jika serangan bruteforce berhasil, maka akibatnya bisa fatal. Selain kebocoran data sensitif, serangan ini juga dapat memasukkan malware, menyusup dalam aktivitas bisnis, atau bahkan mengganggu operasional perusahaan secara keseluruhan. Oleh karena itu, melindungi diri dari ancaman siber ini harus menjadi prioritas utama dalam strategi bisnis Anda.