Setir Enteng atau Berasa? Ini Beda Power Steering Elektrik dan Hidrolik yang Wajib Kamu Tahu!
- freepik.com/freepik
2. Rasa Berkendara: Natural vs Ringan & Praktis
Bagi penggemar mobil sport atau pengemudi yang suka “merasakan jalan”, power steering hidrolik masih jadi favorit. Sistem ini memberikan feedback mekanis yang kaya kamu bisa merasakan tekstur jalan, grip ban, bahkan getaran halus saat melewati tikungan cepat. Ini penting untuk kendali presisi dan kepercayaan diri di jalan.
Namun, di sisi lain, power steering elektrik unggul dalam kenyamanan sehari-hari, terutama di perkotaan. Saat parkir sempit atau berputar di pusat perbelanjaan, setir terasa sangat ringan bahkan cukup diputar dengan satu jari. Tidak heran mobil keluarga, city car, dan EV modern hampir semuanya menggunakan EPS.
Tips:
- Suka touring atau mengemudi sporty? → Hidrolik mungkin lebih cocok.
- Sering berkendara di kota padat? → Elektrik jauh lebih praktis.
3. Perawatan & Biaya Servis: Simpel Tapi Mahal vs Rutin Tapi Terjangkau
Hidrolik: Perawatan Rutin, Tapi Risiko Kebocoran
- Perlu ganti oli power steering setiap 40.000–60.000 km.
- Selang dan seal bisa bocor seiring usia, menyebabkan setir berat atau suara ngik-ngik.
- Pompa hidrolik bisa rusak jika oli kotor atau kurang biaya ganti bisa Rp2–5 juta.
Namun, komponennya mudah diperbaiki oleh bengkel umum, dan suku cadang relatif tersedia luas.
Elektrik: Nyaris Bebas Perawatan, Tapi Reparasi Mahal
- Tidak ada cairan, tidak ada selang → hampir tidak butuh perawatan rutin.
- Namun, jika motor EPS atau modul kontrol rusak, biayanya bisa mencapai Rp6–10 juta.
- Perbaikan sering memerlukan diagnosis dengan alat khusus dan kadang harus ke bengkel resmi.
Catatan: Mobil bekas dengan EPS tua perlu dicek riwayat error sistem kemudinya karena kerusakan elektronik bisa muncul tiba-tiba.
4. Efisiensi Bahan Bakar: Elektrik Menang Telak
Ini salah satu alasan utama mobil modern beralih ke EPS.
- Power steering hidrolik selalu menggerakkan pompa selama mesin hidup menguras 1–3% tenaga mesin.
- Power steering elektrik hanya aktif saat dibutuhkan, dan tidak menyedot tenaga mesin sama sekali.
Dalam jangka panjang, perbedaan ini bisa menghemat 0,2–0,5 liter bahan bakar per 100 km terutama di perkotaan dengan banyak berhenti-jalan. Untuk mobil listrik (EV), EPS wajib digunakan karena tidak ada mesin pembakaran untuk menggerakkan pompa hidrolik.