Menelaah Serat Optik: Infrastruktur Penting Transformasi Digital
- Foto: Istimewa
Gadget – Indonesia tengah melangkah cepat menuju era transformasi digital. Dengan populasi lebih dari 279 juta jiwa dan tingkat penetrasi internet mencapai 74,6 persen pada Januari 2025 (We Are Social & Kepios, 2024), kebutuhan akan konektivitas yang cepat, stabil, dan aman kian mendesak. Di balik kemajuan ini, terdapat satu komponen vital yang menjadi tulang punggung infrastruktur digital: serat optik.
Serat optik memiliki peran strategis dalam menopang layanan berbasis cloud, kecerdasan buatan (AI), distribusi konten digital, hingga implementasi jaringan 5G. Dengan kapasitas transmisi data yang besar, kecepatan tinggi, dan latensi rendah, teknologi ini menjadi fondasi penting bagi konektivitas masa depan. Namun, bagaimana sebenarnya posisi serat optik dalam peta transformasi digital Indonesia?
Serat Optik: Penopang Konektivitas Digital
Dalam upaya memperkuat ekosistem digital nasional, serat optik berfungsi sebagai jalur utama distribusi data dari pusat-pusat data ke pengguna akhir. Infrastruktur ini tidak hanya mendukung distribusi internet berkecepatan tinggi, tetapi juga mendukung layanan kritikal seperti perbankan digital, layanan kesehatan berbasis teknologi, hingga sistem pendidikan daring.
Sebagai respons terhadap kebutuhan ini, perusahaan penyedia infrastruktur digital Alita bekerja sama dengan Asosiasi Penyelenggara Jaringan Telekomunikasi (APJATEL) dan mitra teknologi Viavi Solutions, menyelenggarakan seminar bertajuk "Unleash Fiber Connectivity for Indonesia Digital Transformation" pada 7 Mei 2025 di Jakarta. Seminar ini membahas tantangan, proses end-to-end, hingga solusi teknologi untuk meningkatkan kesiapan jaringan serat optik di Indonesia.
Direktur Strategi & Kebijakan Infrastruktur Digital Kementerian Komunikasi dan Digital (KOMDIGI), Dr. Denny Setiawan ST MT, menegaskan pentingnya membangun arsitektur infrastruktur digital yang menyeluruh. Ia menjelaskan bahwa infrastruktur digital mencakup berbagai elemen mulai dari data center, jalur backbone, Sistem Komunikasi Kabel Laut (SKKL), hingga jaringan serat optik yang menjangkau rumah-rumah dan titik layanan publik.
"Semua elemen ini harus terintegrasi untuk menciptakan ekosistem digital yang solid dan berkelanjutan," ujar Denny. Dengan kata lain, serat optik bukan hanya pelengkap, tetapi pondasi utama dalam mendistribusikan data secara efisien dan aman.
Pertumbuhan dan Potensi Pasar
Data dari Telecom Review Asia memproyeksikan pasar infrastruktur jaringan serat optik di Asia Pasifik akan tumbuh dengan CAGR 15,9% hingga 2028. Angka ini mencerminkan peluang investasi yang besar sekaligus menunjukkan urgensi pengembangan infrastruktur ini di Indonesia.
Direktur Utama Alita Praya Mitra, Teguh Prasetya, menekankan pentingnya kolaborasi lintas pemangku kepentingan. "Kami percaya bahwa kolaborasi adalah kunci untuk mendukung target digitalisasi nasional," ujarnya. Sejak 2020, Alita telah mengimplementasikan Optical Network Management System integrated (ONMSi) untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan serat optik. Hasilnya, perusahaan berhasil:
Mengurangi potensi denda layanan hingga 98% melalui deteksi dini gangguan.
Meningkatkan efisiensi perawatan preventif hingga 22% berkat pemantauan jaringan berbasis data real-time.
Mempercepat perbaikan hingga 56% dengan sistem pelaporan otomatis.
Langkah ini membuktikan bahwa penggunaan teknologi pengelolaan jaringan yang terintegrasi dapat meningkatkan keandalan layanan sekaligus efisiensi operasional.
Dukungan Mitra Teknologi
Vice President Sales Viavi, Rajesh Rao, menyampaikan komitmen perusahaannya dalam mendukung transformasi digital Indonesia. "Kami menghadirkan solusi pengujian dan penjaminan kualitas yang memungkinkan penggelaran jaringan fiber berperforma tinggi. Dengan ini, penyedia layanan bisa mempercepat konektivitas dan meningkatkan keandalan jaringan," tuturnya.
Peran mitra teknologi seperti Viavi tidak hanya memastikan kualitas teknis, tetapi juga mendorong transfer pengetahuan dan penggunaan alat-alat canggih untuk mempercepat pembangunan infrastruktur.
Tantangan dan Strategi Mitigasi
Meski prospek serat optik menjanjikan, implementasinya di lapangan bukan tanpa kendala. Ketua Umum APJATEL, Jerry Siregar, mengungkapkan bahwa salah satu tantangan utama adalah kurangnya harmonisasi regulasi telekomunikasi, terutama terkait Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang sering kali tidak terkoordinasi dengan pemilik jaringan utilitas. Akibatnya, pembangunan jaringan sering menghadapi kendala teknis di lapangan.
"Kini, kami mendorong penataan jaringan yang lebih memperhatikan estetika dan keamanan kota," ungkap Jerry. APJATEL pun terus mendorong kolaborasi lintas sektor untuk menciptakan standar penataan jaringan serat optik yang lebih baik dan terintegrasi.
Strategi pembangunan ke depan juga difokuskan untuk meminimalisir risiko kerusakan jaringan yang sudah tertata, sekaligus memastikan infrastruktur dapat mendukung pertumbuhan kebutuhan data masyarakat yang terus meningkat.
Menyongsong Masa Depan Digital
Melihat peran strategis dan potensi besar serat optik, jelas bahwa teknologi ini menjadi infrastruktur utama dalam mendukung transformasi digital Indonesia. Dukungan pemerintah, kolaborasi lintas sektor, serta pemanfaatan teknologi pengelolaan jaringan yang inovatif akan menjadi faktor kunci kesuksesan.
Dengan percepatan pembangunan infrastruktur serat optik, Indonesia diharapkan dapat memperkuat konektivitas nasional, memperkecil kesenjangan digital, dan mempercepat adopsi teknologi digital di berbagai sektor.
Transformasi digital bukan sekadar jargon, tetapi proses berkelanjutan yang membutuhkan fondasi infrastruktur yang kuat. Dan serat optik, dengan segala keunggulannya, telah terbukti siap menjadi tulang punggung konektivitas di era digital.
Dapatkan informasi terbaru seputar Gadget, Anime, Game, Tech dan Berita lainnya setiap hari melalui social media Gadget VIVA. Ikuti kami di : | |
---|---|
@gadgetvivacoid | |
Gadget VIVA.co.id | |
X (Twitter) | @gadgetvivacoid |
Whatsapp Channel | Gadget VIVA |
Google News | Gadget |