Mengapa Hamas Sulit Ditaklukkan? Ini 10 Alasan yang Buat Israel Kewalahan

Mengapa Hamas Sulit Ditaklukkan?
Sumber :
  • lifehack

Meski Israel dikenal memiliki salah satu kekuatan militer paling canggih di dunia, kenyataannya mereka belum mampu menghancurkan Hamas sepenuhnya. Konflik antara keduanya terus berulang, tanpa solusi yang benar-benar tuntas. Lantas, apa yang membuat Hamas begitu sulit ditaklukkan?

Negara-Negara Teluk yang Jalin Hubungan dengan Israel: Mana yang Sudah Resmi, Mana yang Masih Ragu?

Berikut ini penjelasan lengkap 10 faktor utama yang membuat Hamas tetap bertahan, bahkan di tengah gempuran militer besar-besaran dari Israel.


1. Jaringan Terowongan Rahasia di Bawah Gaza

Salah satu kekuatan utama Hamas yang paling sulit dilumpuhkan adalah jaringan terowongan bawah tanah atau yang sering disebut "Metro Gaza". Terowongan ini bukan sekadar jalur persembunyian, tapi juga jalur mobilisasi, penyimpanan senjata, bahkan peluncuran serangan mendadak.

5 Rudal Iran yang Bikin Israel Kewalahan: Dari Zolfaghar hingga Shahed-136

Bagi Israel, mendeteksi dan menghancurkan sistem bawah tanah ini bukan perkara mudah. Bahkan teknologi drone atau bom bunker-buster pun belum mampu menembus seluruh jaringan tersebut.


2. Taktik Perang Gerilya yang Sulit Dilawan

Berbeda dari perang konvensional, Hamas menggunakan strategi perang gerilya. Mereka bergerak cepat, melakukan serangan mendadak, lalu menghilang. Taktik ini membuat Israel tidak bisa menyerang secara terbuka tanpa risiko tinggi.

8 Aplikasi Populer di Indonesia yang Ternyata Buatan Mantan Intelijen Israel – Ini Faktanya!

Ditambah lagi, para pejuang Hamas kerap menyamar sebagai warga sipil untuk menghindari identifikasi langsung.


3. Dukungan dari Warga Gaza Sendiri

Hamas bukan sekadar kelompok militer, tapi juga punya basis massa di kalangan warga Gaza. Banyak penduduk mendukung mereka karena dianggap sebagai simbol perlawanan terhadap pendudukan.

Tak sedikit pula warga yang ikut terlibat sebagai relawan, penyedia logistik, atau bahkan informan. Ini membuat upaya Israel untuk memata-matai atau mengumpulkan data intelijen menjadi jauh lebih sulit.


4. Senjata dan Roket Buatan Lokal

Walau hidup di wilayah yang terkepung, Hamas tetap mampu memproduksi senjata, terutama roket jarak pendek dan menengah. Roket-roket ini diproduksi dari bahan sederhana—seperti pipa air dan pupuk kimia—yang diselundupkan atau diolah sendiri.

Mereka bahkan bisa meluncurkan ribuan roket dalam waktu bersamaan. Meskipun Israel memiliki sistem pertahanan Iron Dome, sistem ini tidak bisa mencegat semua serangan, terutama jika jumlahnya besar sekaligus.


5. Mobilisasi Cepat dan Tersebar

Unit militer Hamas terbagi dalam kelompok kecil yang tersebar. Mereka tidak punya markas besar yang tetap, melainkan berpindah-pindah di wilayah padat penduduk, seperti sekolah, rumah sakit, atau tempat ibadah.

Ini membuat Israel serba salah. Menyerang tempat tersebut bisa menimbulkan korban sipil, yang ujungnya akan memicu kecaman internasional.


6. Kepadatan Gaza Jadi Keuntungan Strategis

Gaza merupakan wilayah sempit dengan populasi yang sangat padat. Hal ini justru jadi keuntungan bagi Hamas, karena membuat mereka mudah berbaur dengan warga sipil.

Sebaliknya, bagi Israel, menyerang wilayah padat seperti itu penuh risiko, terutama dari sisi kemanusiaan dan opini global.


7. Peran Opini Publik Internasional

Hamas pintar memainkan narasi di media. Setiap kali ada serangan dari Israel yang menewaskan warga sipil, simpati dunia pun mengalir deras kepada Palestina.

Kondisi ini memicu tekanan diplomatik terhadap Israel agar menghentikan serangan. Akibatnya, ruang gerak militer Israel jadi terbatas oleh citra dan tekanan internasional.


8. Dukungan dari Negara dan Kelompok Eksternal

Meskipun terisolasi, Hamas tidak sendirian. Iran diketahui menjadi penyokong utama dalam hal pendanaan, pelatihan militer, dan suplai teknologi. Selain itu, Qatar dan kelompok-kelompok seperti Hizbullah juga memberikan dukungan—baik langsung maupun tidak langsung.

Bantuan ini memberi Hamas akses ke senjata, pelatihan, dan strategi bertahan.


9. Faktor Ideologi dan Agama

Bagi banyak anggota Hamas, perjuangan melawan Israel adalah misi suci. Mereka menganggapnya sebagai jihad atau perjuangan agama. Ini membuat mereka rela mati demi tujuan, dan tidak gentar meskipun kehilangan nyawa atau keluarga.

Motivasi ideologis ini tidak bisa dikalahkan hanya dengan kekuatan senjata.


10. Israel Tak Punya Tujuan Jelas terhadap Hamas

Seringkali, Israel sendiri tidak punya visi yang jelas: apakah ingin menghancurkan Hamas sepenuhnya, atau sekadar melemahkannya? Ketidakjelasan ini membuat strategi Israel tidak konsisten, berubah-ubah, dan mudah dikritik oleh masyarakat internasional.


Pada akhirnya, Hamas bukan hanya kekuatan militer kecil yang bisa ditaklukkan dengan bom atau drone. Mereka punya sistem yang kompleks, dukungan rakyat, ideologi yang kuat, dan strategi gerilya yang licin. Meski Israel punya senjata canggih, menghadapi Hamas bukan sekadar soal kekuatan militer—tapi soal politik, opini, dan sejarah yang panjang.