Konflik Israel-Palestina: Hamas Pertahankan Senjata Hingga Palestina Merdeka
- The Times of Israel
Gadget – Hamas menyatakan secara tegas bahwa mereka tidak akan meletakkan senjata kecuali jika negara Palestina yang merdeka dan berdaulat penuh berhasil didirikan, dengan Yerusalem sebagai ibu kotanya. Pernyataan ini menjadi jawaban keras terhadap tekanan dari sejumlah negara Arab dan Barat yang meminta agar Hamas melucuti senjata sebagai langkah awal menuju perdamaian.
Dalam pernyataannya, Hamas menekankan bahwa "Perlawanan bersenjata kami akan berhenti kecuali melalui pemulihan penuh hak-hak nasional kami." Mereka menegaskan bahwa pembentukan negara Palestina yang merdeka adalah satu-satunya jalan untuk mengakhiri perlawanan bersenjata terhadap pendudukan Israel.
Gagalnya Negosiasi Gencatan Senjata
Negosiasi tidak langsung antara Hamas dan Israel, yang bertujuan untuk mengamankan gencatan senjata selama 60 hari serta kesepakatan pembebasan sandera, berakhir tanpa hasil pekan lalu. Qatar dan Mesir, dua negara yang memediasi upaya gencatan senjata, mendukung deklarasi Prancis dan Arab Saudi yang menawarkan solusi dua negara untuk menyelesaikan konflik Israel-Palestina.
Sebagai bagian dari rencana damai ini, Hamas diminta menyerahkan senjatanya kepada Otoritas Palestina yang didukung oleh Barat. Namun, Hamas menolak tuntutan tersebut dengan alasan bahwa mereka tidak dapat menyerah pada hak untuk melakukan perlawanan bersenjata hingga tujuan utama mereka tercapai—pembentukan negara Palestina yang merdeka dan berdaulat penuh.
Posisi Israel: Perlucutan Senjata Sebagai Syarat Utama
Israel menganggap perlucutan senjata Hamas sebagai syarat utama bagi kesepakatan apa pun untuk mengakhiri konflik. Bulan lalu, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyatakan bahwa pembentukan negara Palestina merdeka di masa depan dapat membahayakan keberadaan Israel. Oleh karena itu, kendali keamanan atas wilayah Palestina harus tetap berada di tangan Israel.
Netanyahu juga mengkritik beberapa negara, termasuk Inggris dan Kanada, yang berencana mengakui negara Palestina sebagai tanggapan atas kerusakan besar di Gaza akibat serangan militer Israel dan blokade yang diterapkan. Zionis Israel mengklaim bahwa kerusakan tersebut adalah balasan atas tindakan Hamas.
Akibat Perang: Bencana Kemanusiaan di Gaza
Konflik dimulai ketika pejuang Hamas menyerbu wilayah selatan Israel pada 7 Oktober 2023. Serangan militer Israel berikutnya di Gaza telah mengubah sebagian besar wilayah kantong itu menjadi reruntuhan, menewaskan lebih dari 60.000 warga Palestina, dan memicu bencana kemanusiaan yang signifikan.
Saat ini, Israel dan Hamas saling menyalahkan atas kegagalan putaran perundingan terakhir. Sementara itu, situasi di lapangan semakin memburuk, dengan ribuan pengungsi yang kehilangan tempat tinggal dan akses terbatas terhadap bantuan internasional.
Kesimpulan: Perjuangan Panjang Menuju Damai
Perlawanan Hamas untuk melucuti senjata mencerminkan tekad mereka dalam mempertahankan hak-hak nasional Palestina. Namun, posisi keras Hamas ini juga menunjukkan betapa sulitnya mencapai solusi damai dalam konflik Israel-Palestina. Dengan masing-masing pihak memiliki persyaratan yang bertentangan, prospek gencatan senjata atau bahkan perdamaian sepenuhnya masih tampak jauh dari jangkauan.
Bagaimana dunia internasional akan merespons sikap keras Hamas dan Israel? Apakah solusi dua negara benar-benar bisa diterapkan di tengah ketegangan yang terus meningkat? Pertanyaan-pertanyaan ini tetap menjadi fokus perhatian global dalam upaya menemukan jalan keluar dari konflik yang telah berlangsung puluhan tahun ini.
Dapatkan informasi terbaru seputar Gadget, Anime, Game, Tech dan Berita lainnya setiap hari melalui social media Gadget VIVA. Ikuti kami di : | |
---|---|
@gadgetvivacoid | |
Gadget VIVA.co.id | |
X (Twitter) | @gadgetvivacoid |
Whatsapp Channel | Gadget VIVA |
Google News | Gadget |