Tak Lagi Jadi Sasaran Empuk, Begini Cara Iran Siapkan Pertahanan Udara untuk Hadapi Jet Tempur Israel
- lifeworks
Tidak berhenti pada radar dan rudal, Iran juga mengintegrasikan drone dalam sistem pertahanannya. Drone pengintai digunakan untuk memperluas cakupan deteksi sekaligus memancing pertahanan lawan. Strategi ini memungkinkan mereka memperoleh data lebih banyak sebelum melancarkan serangan.
Selain itu, Iran terus mengembangkan electronic warfare (EW) atau perang elektronik. Teknologi ini ditujukan untuk mengganggu komunikasi pesawat musuh, menurunkan efektivitas rudal, bahkan melumpuhkan sistem navigasi. Dengan begitu, Iran berharap bisa menciptakan keunggulan taktis di udara.
Pertahanan Berlapis ala Rusia
Strategi Iran juga mengadopsi konsep layered defense atau pertahanan berlapis, mirip dengan yang dimiliki Rusia. Dalam sistem ini, ada beberapa tingkatan perlindungan:
Jarak jauh diisi oleh Bavar-373 dan Khordad-15.
Jarak menengah diperkuat dengan Talash dan Mersad.
Jarak dekat menggunakan Tor-M1 asal Rusia serta sistem buatan lokal seperti Raad.
Anti-drone dilengkapi senjata laser, rudal kecil, hingga jammer elektronik.
Pendekatan berlapis ini penting untuk menghadapi beragam ancaman, mulai dari jet tempur berkecepatan tinggi hingga drone kecil yang sulit dideteksi.
Dukungan Rusia dan Cina
Meski berusaha mandiri, Iran tetap menjalin kerja sama militer dengan Rusia dan Cina. Hubungan ini memberi peluang untuk mendapatkan teknologi baru, termasuk kemungkinan peningkatan perangkat lunak radar agar bisa menghadapi jet siluman seperti F-35 Israel. Bahkan, beberapa analis menilai Iran berpotensi memperoleh teknologi setara S-400, meski belum ada konfirmasi resmi.
Mobilitas Tinggi untuk Hindari Serangan
Pelajaran berharga lainnya adalah soal mobilitas. Sistem pertahanan statis mudah menjadi target serangan, sehingga Iran kini fokus membangun sistem mobile yang bisa dipindahkan dengan cepat menggunakan kendaraan truk. Dengan mobilitas tinggi, sistem rudal Iran lebih sulit dilacak dan dihancurkan sebelum dipakai.
Belajar dari Suriah dan Yaman
Iran juga mendapatkan pengalaman tempur dari dua arena konflik, yakni Suriah dan Yaman. Di Suriah, mereka berhadapan langsung dengan serangan Israel dan Amerika Serikat. Sementara di Yaman, dukungan kepada Houthi membuat Iran bisa mempelajari efektivitas taktik melawan Saudi. Dari kedua konflik itu, Teheran memetik banyak pelajaran, termasuk kelemahan lawan serta cara meningkatkan teknologi pertahanan udara mereka.