Tantrum Anak Bukan Bencana, Ini Cara Pintar Orang Tua Menghadapinya

Cara Efektif Menghadapi Anak Tantrum
Sumber :
  • lifeworks

Menghadapi anak yang sedang tantrum memang bukan perkara mudah. Banyak orang tua mengaku merasa kewalahan, bahkan terkadang frustrasi ketika si kecil mulai berteriak, menangis kencang, atau berguling di lantai. Namun, perlu diingat bahwa tantrum adalah bagian normal dari proses tumbuh kembang anak, khususnya di usia 1 hingga 5 tahun. Dengan strategi yang tepat, momen penuh emosi ini bisa diredakan, bahkan dijadikan kesempatan belajar bagi anak untuk mengenali dan mengelola perasaannya.

Rahasia Baterai LiFePO₄ Bisa Awet hingga 10 Tahun

Lalu, bagaimana cara terbaik yang bisa dilakukan orang tua untuk menghadapi tantrum? Berikut panduan yang dapat membantu.

Tetap Tenang sebagai Langkah Pertama

Panduan Genshin Impact 2025: Tips Dari Pemula Sampai Jadi Pro

Ketika anak mulai kehilangan kendali, reaksi pertama orang tua biasanya ikut terbawa emosi. Padahal, ikut marah justru akan memperburuk keadaan. Anak cenderung semakin keras tantrumnya jika orang tua menunjukkan kemarahan. Karena itu, penting untuk tetap tenang. Tarik napas dalam-dalam, lalu usahakan menjaga nada suara tetap lembut namun tetap tegas. Dengan sikap ini, anak akan belajar bahwa emosi bisa dikendalikan tanpa harus berteriak atau meledak.

Memberi Ruang Aman untuk Meluapkan Emosi

Cara Main ARC Raiders Biar Cepat Pro, Cocok untuk Pemula 2025

Tidak semua tantrum perlu dihentikan seketika. Ada kalanya anak hanya butuh meluapkan emosinya. Jika berada di rumah, biarkan anak mengekspresikan perasaannya di tempat yang aman. Sementara itu, bila tantrum terjadi di ruang publik, sebaiknya orang tua mencari lokasi yang lebih tenang. Hal ini bertujuan agar anak tidak semakin tertekan oleh tatapan orang sekitar. Memberi ruang aman juga menunjukkan bahwa orang tua menghargai perasaan anak tanpa harus langsung menekannya.

Validasi Perasaan Anak

Sering kali, anak tantrum karena merasa tidak dimengerti. Oleh sebab itu, penting bagi orang tua untuk melakukan validasi. Ungkapkan kalimat sederhana seperti, “Ibu tahu kamu sedang marah,” atau, “Ayah mengerti kalau kamu kecewa.” Walaupun tidak selalu bisa memenuhi permintaan anak, pengakuan terhadap perasaan mereka membuat anak merasa lebih dihargai. Validasi ini juga membantu anak mengenali emosinya sendiri.

Mengalihkan Perhatian dengan Cara Positif

Setelah emosi anak mulai mereda, orang tua bisa mengalihkan perhatiannya pada hal-hal yang lebih positif. Misalnya, menawarkan mainan kesukaannya, mengajak menggambar, atau bernyanyi bersama. Aktivitas sederhana seperti ini dapat memecah fokus anak dari sumber emosinya, sekaligus menumbuhkan rasa gembira yang baru. Cara ini terbukti cukup efektif, terutama untuk anak usia balita yang masih mudah teralihkan.

Halaman Selanjutnya
img_title