Dukungan Dunia: AS, Inggris, dan Prancis Bentuk Resolusi PBB untuk Stabilisasi Gaza!

AS, Inggris, dan Prancis Bentuk Resolusi PBB untuk Stabilisasi Gaza!
Sumber :
  • BBC

GadgetAmerika Serikat (AS), Inggris, dan Prancis tengah memfinalisasi rancangan resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang akan menjadi dasar pembentukan pasukan internasional di Jalur Gaza. Langkah ini dilakukan dalam upaya menjaga keberlanjutan gencatan senjata antara Israel dan Hamas, yang saat ini masih rapuh. Menurut laporan Arab News, resolusi tersebut diharapkan rampung dalam beberapa hari ke depan.

Konflik Gaza Panas Lagi! Israel Bombardir Rafah, AS Masih Bicara Soal Damai?

Mandat PBB dan Koordinasi Diplomatik

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Prancis, Pascal Confavreux, menegaskan bahwa pasukan internasional ini harus memiliki mandat resmi dari PBB agar memiliki dasar hukum internasional yang kuat. Hal ini akan mempermudah partisipasi negara-negara lain dalam misi stabilisasi tersebut.

Drone Israel Serang Pasukan Perdamaian UNIFIL di Lebanon, PBB Kecam Pelanggaran Resolusi

“Prancis bekerja sama erat dengan para mitra untuk membentuk misi internasional ini, yang harus diformalkan melalui adopsi resolusi Dewan Keamanan PBB,” ujar Confavreux dalam konferensi pers di Paris, seperti dilansir dari The New Arab.

Confavreux juga menyebut bahwa pembahasan terkait resolusi ini terus berlangsung bersama Amerika Serikat dan Inggris. Pertemuan awal telah dilakukan pada 10 Oktober lalu di Paris, yang dihadiri oleh negara-negara Eropa dan Arab untuk membahas transisi pascaperang di Gaza serta bentuk dan mandat pasukan internasional yang akan diterjunkan.

Guncang Dunia! Pengadilan Internasional Nyatakan Israel Lakukan Genosida di Gaza, AS Ikut Disorot

Bukan Misi Penjaga Perdamaian Konvensional

Pasukan stabilisasi ini tidak akan dijalankan sebagai misi penjaga perdamaian resmi yang dibiayai langsung oleh PBB. Sebaliknya, resolusi Dewan Keamanan PBB akan meniru langkah-langkah yang sebelumnya diambil untuk mendukung pengerahan pasukan internasional ke Haiti dalam upaya memerangi geng bersenjata.

Resolusi tersebut akan memberikan mandat kepada negara-negara kontributor untuk mengambil semua langkah yang diperlukan demi menciptakan stabilitas di wilayah tersebut. Dengan pendekatan ini, pasukan internasional akan memiliki kewenangan lebih fleksibel dibandingkan misi penjaga perdamaian tradisional PBB.

Peran Diplomatik Inggris

Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, menyampaikan bahwa pembentukan pasukan stabilisasi ini masih dalam tahap penyusunan. Meski demikian, ia optimistis bahwa resolusi Dewan Keamanan PBB mengenai pembentukan pasukan tersebut akan segera disahkan.

“Pasukan stabilisasi ini masih dalam tahap penyusunan. Resolusi Dewan Keamanan PBB mengenai pembentukan pasukan diharapkan segera ada, tetapi rincian mandatnya belum sepenuhnya disepakati,” ucap Starmer dalam pidatonya di parlemen.

Starmer menekankan bahwa proses ini membutuhkan waktu karena melibatkan banyak pihak, termasuk negara-negara kontributor pasukan dan mediator gencatan senjata di wilayah tersebut.

Kesiapan Negara-Negara Kontributor

Menurut dua penasihat senior AS, Washington telah menjalin komunikasi intensif dengan sejumlah negara untuk kemungkinan berkontribusi dalam pasukan internasional tersebut. Beberapa negara yang dilibatkan antara lain Indonesia, Uni Emirat Arab, Mesir, Qatar, Azerbaijan, dan Italia.

Presiden Indonesia, Prabowo Subianto, sebelumnya menyatakan siap mengirim 20.000 atau lebih tentara ke Gaza jika ada resolusi PBB yang memandatkannya. Komitmen ini disampaikan oleh Prabowo dalam Sidang Majelis Umum PBB pada 23 September lalu, menunjukkan dukungan aktif Indonesia terhadap perdamaian di wilayah Timur Tengah.

Italia juga telah menyatakan kesiapannya untuk berpartisipasi dalam misi ini, sementara negara-negara Arab seperti Mesir dan Qatar diprediksi akan berperan besar sebagai mediator dan penyedia logistik bagi operasi pasukan internasional.

Tantangan dan Kontroversi

Langkah diplomatik ini muncul setelah Presiden AS, Donald Trump, memberikan peringatan keras kepada Hamas bahwa jika mereka terus melakukan tindakan kekerasan di Gaza, AS akan turun tangan dengan cara yang lebih agresif. Tuduhan terhadap Hamas semakin meningkat setelah insiden penembakan warga sipil Palestina oleh kelompok bandit yang diduga didukung oleh Israel.

Di sisi lain, seorang pejabat senior Hamas menuduh Israel telah melanggar gencatan senjata dengan menewaskan sedikitnya 23 orang pada Jumat. Daftar pelanggaran tersebut telah diserahkan kepada para mediator untuk ditindaklanjuti.

Harapan untuk Perdamaian yang Berkelanjutan

Pembentukan pasukan internasional di Gaza diharapkan dapat menjadi solusi jangka panjang untuk menciptakan stabilitas di wilayah yang telah lama dilanda konflik. Dengan dukungan diplomatis dari AS, Inggris, dan Prancis, serta keterlibatan negara-negara regional dan internasional, harapan akan perdamaian di Gaza semakin terlihat nyata.

Namun, tantangan besar tetap ada, baik dari sisi politik maupun praktis. Mandat pasukan internasional ini harus dirumuskan secara hati-hati agar tidak hanya menciptakan stabilitas tetapi juga memastikan perlindungan bagi warga sipil yang rentan di wilayah tersebut.

Kesimpulan:

Rencana pembentukan pasukan internasional di Gaza oleh AS, Inggris, dan Prancis melalui resolusi PBB merupakan langkah penting menuju perdamaian di wilayah tersebut. Dengan dukungan dari berbagai negara, termasuk Indonesia, pasukan ini diharapkan dapat menjaga gencatan senjata dan mencegah eskalasi kekerasan lebih lanjut. Namun, sukses atau tidaknya misi ini sangat bergantung pada koordinasi diplomatik yang efektif serta konsistensi pelaksanaan mandat PBB di lapangan.

Dapatkan informasi terbaru seputar Gadget, Anime, Game, Tech dan Berita lainnya setiap hari melalui social media Gadget VIVA. Ikuti kami di :
Instagram@gadgetvivacoid
FacebookGadget VIVA.co.id
X (Twitter)@gadgetvivacoid
Whatsapp ChannelGadget VIVA
Google NewsGadget