Konflik Gaza Panas Lagi! Israel Bombardir Rafah, AS Masih Bicara Soal Damai?
- lifehack
Meski begitu, Israel tetap bersikeras bahwa tindakan mereka merupakan bentuk pembelaan diri. Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengatakan bahwa negaranya tidak akan tinggal diam jika pasukan mereka diserang.
“Kami tidak akan membiarkan pelanggaran terhadap gencatan senjata. Hamas akan membayar mahal atas tindakannya,” tegas Katz dalam pernyataan yang dikutip media lokal Israel.
AS Dorong Perdamaian Tetap Dijaga
Menanggapi situasi tersebut, Wakil Presiden JD Vance menekankan bahwa pemerintah AS masih optimistis terhadap perjanjian damai yang telah dijalin sebelumnya. Ia menyebut, meskipun terjadi bentrokan sporadis, hal itu tidak berarti kesepakatan gencatan senjata telah runtuh.
“Kami sudah memperkirakan Israel akan membalas, tetapi saya percaya perdamaian yang dijanjikan Presiden Trump akan tetap bertahan,” kata Vance.
Pernyataan ini menegaskan bahwa Washington berupaya menjaga keseimbangan diplomatik antara mendukung Israel dan menekan agar kekerasan tidak meluas. AS juga disebut sedang berkomunikasi intensif dengan para mediator dari Mesir dan Qatar untuk memastikan situasi tetap terkendali.
Situasi di Lapangan Kian Memburuk
Meski gencatan senjata masih diklaim berlaku, kondisi di Gaza dilaporkan terus memburuk. Rumah-rumah warga hancur, jaringan listrik dan air bersih terputus, serta ribuan orang terpaksa mengungsi ke tempat-tempat yang dianggap lebih aman.
Organisasi kemanusiaan internasional menyerukan agar kedua belah pihak menahan diri dan fokus pada pemulihan korban sipil. Palang Merah Internasional bahkan mengingatkan bahwa sistem kesehatan di Gaza sudah berada di ambang kolaps akibat serangan bertubi-tubi sejak awal tahun.
Sementara itu, sejumlah negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) meminta Dewan Keamanan menggelar sidang darurat untuk membahas potensi pelanggaran gencatan senjata ini.
Upaya Diplomatik Terus Didorong
Di tengah ketegangan yang meningkat, Gedung Putih disebut sedang mengatur pertemuan darurat dengan perwakilan Israel dan Palestina. Tujuannya adalah memastikan komunikasi tetap terbuka dan mencegah eskalasi lebih lanjut.
Seorang pejabat senior AS menyebut, pemerintahan Trump tidak ingin konflik ini menghancurkan upaya perdamaian yang sudah dibangun selama beberapa bulan terakhir. “Kami tidak ingin melihat perang besar kembali pecah di Gaza. Fokus kami adalah stabilitas,” ujarnya.