Konflik Gaza Panas Lagi! Israel Bombardir Rafah, AS Masih Bicara Soal Damai?

Israel Lakukan Genosida di Gaza
Sumber :
  • lifehack

Ketegangan di Jalur Gaza kembali meningkat setelah Israel melancarkan serangan udara mematikan pada Selasa malam (28/10/2025). Namun, Amerika Serikat (AS) menegaskan bahwa gencatan senjata antara Israel dan Hamas yang telah disepakati tetap berlaku, meski insiden kekerasan kembali pecah.

Dunia Terkejut, Operasi Polisi di Brasil Tewaskan Ratusan Orang

Wakil Presiden AS, JD Vance, menyampaikan bahwa Washington tetap memegang komitmen terhadap gencatan senjata yang dijamin oleh pemerintahan Presiden Donald Trump. Meski begitu, Vance mengakui bahwa insiden di lapangan masih mungkin terjadi di tengah situasi yang belum benar-benar stabil.

“Gencatan senjata tetap berlaku. Itu tidak berarti tidak akan ada pertempuran kecil di sana-sini,” ujar Vance dalam pernyataannya, seperti dikutip dari Al Jazeera, Rabu (29/10/2025).

Venezuela Siagakan Ribuan Rudal Igla-S untuk Hadapi Ancaman Amerika Serikat

Israel Serang Setelah Klaim Tentara Diserang Hamas

Menurut Vance, berdasarkan informasi yang diterima pihaknya, kelompok Hamas atau faksi bersenjata lain dikabarkan menyerang seorang tentara Israel di kawasan Rafah, perbatasan selatan Gaza. Serangan tersebut kemudian memicu respons cepat dari militer Israel yang melancarkan serangan udara ke sejumlah titik di Kota Gaza dan wilayah sekitarnya.

Pasukan Israel Kembali Serang Gaza, 104 Warga Tewas dalam Sehari

Dua pejabat AS yang enggan disebut namanya mengungkapkan kepada kantor berita Associated Press bahwa Israel telah memberi tahu Gedung Putih sebelum melancarkan serangan balasan tersebut. Langkah ini dinilai sebagai bentuk koordinasi diplomatik agar konflik tidak berkembang lebih luas.

Namun, laporan dari berbagai media internasional menyebutkan bahwa serangan terbaru Israel menyebabkan sedikitnya 18 warga Palestina tewas, termasuk perempuan dan anak-anak. Serangan itu juga dilaporkan menargetkan area di sekitar Rumah Sakit Al Shifa, yang selama ini menjadi tempat perlindungan warga sipil.

Hamas Bantah Tuduhan Pelanggaran Gencatan Senjata

Sementara itu, Hamas secara tegas membantah tuduhan bahwa mereka melanggar gencatan senjata. Kelompok tersebut menuding Israel sengaja mencari alasan untuk kembali menyerang Gaza. Dalam pernyataan resminya, juru bicara Hamas menilai bahwa Tel Aviv sedang mencoba mengalihkan perhatian dunia internasional dari isu kemanusiaan yang memburuk di wilayah tersebut.

“Israel berusaha menciptakan narasi palsu untuk membenarkan agresinya. Kami tidak melakukan serangan terhadap pasukan mereka,” ujar juru bicara Hamas melalui saluran Telegram resmi kelompok itu.

Meski begitu, Israel tetap bersikeras bahwa tindakan mereka merupakan bentuk pembelaan diri. Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengatakan bahwa negaranya tidak akan tinggal diam jika pasukan mereka diserang.

“Kami tidak akan membiarkan pelanggaran terhadap gencatan senjata. Hamas akan membayar mahal atas tindakannya,” tegas Katz dalam pernyataan yang dikutip media lokal Israel.

AS Dorong Perdamaian Tetap Dijaga

Menanggapi situasi tersebut, Wakil Presiden JD Vance menekankan bahwa pemerintah AS masih optimistis terhadap perjanjian damai yang telah dijalin sebelumnya. Ia menyebut, meskipun terjadi bentrokan sporadis, hal itu tidak berarti kesepakatan gencatan senjata telah runtuh.

“Kami sudah memperkirakan Israel akan membalas, tetapi saya percaya perdamaian yang dijanjikan Presiden Trump akan tetap bertahan,” kata Vance.

Pernyataan ini menegaskan bahwa Washington berupaya menjaga keseimbangan diplomatik antara mendukung Israel dan menekan agar kekerasan tidak meluas. AS juga disebut sedang berkomunikasi intensif dengan para mediator dari Mesir dan Qatar untuk memastikan situasi tetap terkendali.

Situasi di Lapangan Kian Memburuk

Meski gencatan senjata masih diklaim berlaku, kondisi di Gaza dilaporkan terus memburuk. Rumah-rumah warga hancur, jaringan listrik dan air bersih terputus, serta ribuan orang terpaksa mengungsi ke tempat-tempat yang dianggap lebih aman.

Organisasi kemanusiaan internasional menyerukan agar kedua belah pihak menahan diri dan fokus pada pemulihan korban sipil. Palang Merah Internasional bahkan mengingatkan bahwa sistem kesehatan di Gaza sudah berada di ambang kolaps akibat serangan bertubi-tubi sejak awal tahun.

Sementara itu, sejumlah negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) meminta Dewan Keamanan menggelar sidang darurat untuk membahas potensi pelanggaran gencatan senjata ini.

Upaya Diplomatik Terus Didorong

Di tengah ketegangan yang meningkat, Gedung Putih disebut sedang mengatur pertemuan darurat dengan perwakilan Israel dan Palestina. Tujuannya adalah memastikan komunikasi tetap terbuka dan mencegah eskalasi lebih lanjut.

Seorang pejabat senior AS menyebut, pemerintahan Trump tidak ingin konflik ini menghancurkan upaya perdamaian yang sudah dibangun selama beberapa bulan terakhir. “Kami tidak ingin melihat perang besar kembali pecah di Gaza. Fokus kami adalah stabilitas,” ujarnya.

Di sisi lain, analis politik Timur Tengah menilai bahwa situasi ini menunjukkan rapuhnya kesepakatan gencatan senjata di kawasan tersebut. Menurut mereka, tanpa pengawasan internasional yang kuat, perjanjian damai apa pun akan sulit bertahan lama.

Meski Amerika Serikat menegaskan bahwa gencatan senjata di Gaza masih berlaku, kenyataannya di lapangan menunjukkan situasi yang jauh dari kata damai. Serangan udara Israel yang menewaskan puluhan warga sipil dan tuduhan saling balas antara Israel dan Hamas menandakan rapuhnya stabilitas yang coba dipertahankan.

Upaya diplomatik dari AS dan pihak ketiga seperti Mesir dan Qatar menjadi kunci untuk menekan eskalasi lebih lanjut. Namun, dengan meningkatnya ketegangan dan penderitaan warga sipil, dunia kini menantikan langkah nyata dari semua pihak untuk mengembalikan perdamaian yang sesungguhnya di Gaza.