Jurnalis Inggris Bongkar Dugaan Kecurangan FIFA-AFC, Timnas Indonesia Jadi Korban di Kualifikasi Piala Dunia 2026
- tvonenews.com
Gadget – Kegagalan Timnas Indonesia melaju ke babak selanjutnya dalam Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia ternyata menyimpan cerita yang lebih dalam. Di balik dua kekalahan tipis atas Arab Saudi (2-3) dan Irak (0-1) di Grup B, muncul tudingan bahwa FIFA dan AFC melakukan praktik tidak adil dalam penyelenggaraan kompetisi tersebut.
Jurnalis investigatif asal Inggris, Jacob Whitehead dari The Athletic, menyoroti adanya kejanggalan serius dalam penentuan venue pertandingan yang dianggap memberikan keuntungan besar bagi tim-tim unggulan seperti Arab Saudi dan Qatar.
Whitehead menulis bahwa hampir semua aspek penyelenggaraan di babak keempat kualifikasi terasa tidak seimbang. Keputusan FIFA dan AFC menunjuk Arab Saudi serta Qatar sebagai tuan rumah seluruh pertandingan di grup mereka masing-masing dinilai tidak sesuai prosedur dan bertentangan dengan peraturan resmi FIFA.
Proses Tidak Transparan dan Melanggar Aturan FIFA
Menurut laporan Whitehead, para peserta awalnya diberi tahu bahwa seluruh pertandingan babak keempat akan digelar di tempat netral, bukan di negara peserta. Namun, keputusan mendadak menjadikan dua negara tersebut sebagai tuan rumah disebut terjadi dalam proses tertutup tanpa pengundian resmi.
Padahal, aturan FIFA menyatakan bahwa turnamen dengan format single round-robin seharusnya dilakukan di lokasi yang diundi secara acak atau disepakati oleh seluruh federasi peserta. Fakta bahwa tidak ada kesepakatan seperti itu membuat sejumlah asosiasi sepak bola Asia melayangkan protes terbuka.
“Kesepakatan bersama itu tampaknya tidak pernah ada,” tulis Whitehead, menegaskan bahwa keputusan sepihak tersebut mencoreng prinsip keadilan kompetisi internasional.
Meski Arab Saudi dan Qatar memang memiliki infrastruktur terbaik di kawasan, keputusan itu justru menimbulkan ketimpangan. Cosmin Olaroiu, pelatih Timnas Uni Emirat Arab, bahkan secara terbuka menuding ada perlakuan istimewa bagi dua negara tersebut.
“Dalam turnamen seperti ini, semua tim seharusnya punya peluang yang sama. Jika satu grup main di Saudi dan satu lagi di Qatar, maka otomatis dua tim itu diuntungkan,” kata Olaroiu.
Jadwal Tak Adil, Indonesia Jadi Korban
Selain soal venue, perbedaan mencolok juga terjadi pada jadwal pertandingan dan waktu istirahat antar tim. Whitehead mengungkapkan, Arab Saudi dan Qatar mendapat enam hari jeda antar laga, sedangkan tim lain seperti Indonesia, Irak, Oman, dan UEA hanya mendapat waktu istirahat tiga hari.
Perbedaan ini dinilai sangat memengaruhi kebugaran pemain dan performa tim di lapangan. Dalam kompetisi dengan intensitas tinggi seperti kualifikasi Piala Dunia, tambahan dua atau tiga hari istirahat bisa menjadi keuntungan besar.
“Bukan kebetulan jika dua tim dengan jeda terpanjang—Arab Saudi dan Qatar—justru berhasil lolos,” ujar Graham Arnold, pelatih Timnas Irak yang juga mantan pelatih Australia.
Arnold menambahkan bahwa dirinya belum pernah melihat format kompetisi seaneh ini sepanjang karier kepelatihannya.
“Saat saya menangani Australia, FIFA selalu memastikan pertandingan play-off berlangsung di tempat netral. Tapi kali ini semuanya berbeda,” ungkapnya.
Perbedaan Versi FIFA dan AFC
Kontroversi makin membesar setelah penjelasan FIFA dan AFC saling bertentangan. AFC menyebut dasar pemilihan tuan rumah ditentukan berdasarkan peringkat dunia masing-masing negara. Namun, FIFA melalui situs resminya menyebut alasan utamanya adalah untuk menjamin tuan rumah tidak tergabung dalam grup yang sama.
Keputusan itu justru memperkuat dugaan adanya keberpihakan terhadap tim-tim unggulan. Beberapa pelatih, termasuk dari federasi Asia Barat, menyebut sistem baru ini tidak hanya tidak adil, tetapi juga mengacaukan integritas kompetisi.
Bagi Timnas Indonesia, kondisi tersebut membuat perjuangan menjadi semakin berat. Dengan skuad muda dan padatnya jadwal, tim Garuda harus menghadapi dua laga berat melawan tim dengan waktu istirahat lebih panjang dan dukungan penuh suporter tuan rumah.
Tekanan untuk FIFA dan AFC
Seiring ramainya kritik dari media internasional, FIFA dan AFC kini berada dalam sorotan publik. Artikel Whitehead di The Athletic telah memicu gelombang diskusi di kalangan pengamat sepak bola global.
Banyak pihak mendesak audit independen terhadap keputusan penentuan tuan rumah di babak keempat kualifikasi Piala Dunia 2026. Para analis menilai, jika tudingan ini terbukti, maka FIFA dan AFC bisa dianggap melanggar prinsip dasar sportivitas yang mereka sendiri tetapkan.
Meski belum ada tanggapan resmi yang tegas dari kedua lembaga tersebut, laporan Whitehead menjadi alarm keras bagi dunia sepak bola Asia. Ia menutup laporannya dengan kalimat tajam:
“Selama keputusan-keputusan seperti ini diambil di balik pintu tertutup, maka tidak ada jaminan bahwa sepak bola Asia benar-benar dimainkan di lapangan yang setara.”
Dengan tudingan tersebut, kegagalan Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2026 tampak bukan hanya soal performa di lapangan, melainkan juga akibat dari sistem yang tidak transparan. Kini, sorotan dunia tertuju pada FIFA dan AFC untuk menjawab tuduhan yang kian menguat tentang ketidakadilan dalam kompetisi sepak bola Asia.
| Dapatkan informasi terbaru seputar Gadget, Anime, Game, Tech dan Berita lainnya setiap hari melalui social media Gadget VIVA. Ikuti kami di : | |
|---|---|
| @gadgetvivacoid | |
| Gadget VIVA.co.id | |
| X (Twitter) | @gadgetvivacoid |
| Whatsapp Channel | Gadget VIVA |
| Google News | Gadget |