Hector Souto Tanggapi Sindiran Fans ke Kluivert: Ayah Saya Pasti Bangga
- tvonenews.com
Konteks: dinamika pelatih Timnas dan fokus menuju SEA Games
Mengapa tifo itu menggema? Jawabannya terkait lanskap yang lebih luas. Publik Indonesia masih akrab dengan figur-figur pelatih dan tiap perubahan di kursi panas, apalagi ketika hasil besar seperti tiket Piala Dunia luput diraih. Ingatan kolektif itu menetes ke semua cabang, termasuk futsal. Maka pesan “jangan ganti Souto” terbaca sebagai antisipasi: suporter ingin stabilitas, terutama saat performa menunjukkan arah positif.
Dalam bingkai yang sama, Souto justru mengingatkan bahwa karier pelatih selalu dekat dengan ketidakpastian. Ia menyebut kemungkinan skenario terburuk—misalnya performa menurun di SEA Games—dan menyadari bahwa evaluasi bisa datang cepat. “Itu bisa saja terjadi pada saya,” ucapnya jujur. Bukan pesimisme, melainkan bentuk kedewasaan seorang pelatih yang mengerti ritme kompetisi. Kalimat itu menegaskan fokus tunggalnya: merajut progres konkret ketimbang terpancing narasi di luar lapangan.
Kemenangan atas Australia memberi beberapa catatan penting untuk Timnas Futsal. Pertama, struktur pertahanan lebih kompak, dengan transisi yang lebih rapi ketika kehilangan bola. Kedua, efektivitas serangan meningkat—konversi peluang lebih klinis, yang terlihat dari penempatan posisi ala set play dan variasi tembakan jarak menengah. Ketiga, kedalaman skuad mulai seimbang, memungkinkan rotasi yang tidak menurunkan intensitas. Hal-hal teknis ini lebih berarti dari sorak-sorai sesaat, sebab menjadi dasar kompetitif saat memasuki turnamen seperti SEA Games dan ajang resmi AFC.
Di level komunikasi, Souto menyadari pentingnya merawat hubungan dengan suporter. La Grande, juga basis pendukung lain, bukan sekadar penonton; mereka bagian dari identitas tim. Namun, identitas yang kuat tidak lahir dari kultus individu, melainkan dari nilai kerja bareng: disiplin, konsistensi, dan komitmen pada target. Karena itu, ajakan menghormati semua pihak—termasuk Kluivert—adalah upaya meredakan polarisasi yang tak produktif.
Dalam konteks federasi, PSSI juga diharapkan membaca sinyal dari tribun sebagai dorongan menjaga kesinambungan program. Stabilitas menjadi modal agar metodologi latihan, pengembangan pemain, dan integrasi pola main tidak putus di tengah jalan. Pada akhirnya, kualitas kompetitif tak dibentuk oleh satu keputusan instan, melainkan rangkaian proses yang sabar dan terukur.