AI Diprediksi Lebih Boros Listrik dari Bitcoin Mining di Akhir 2025, Ini Alasannya
- Stock
Bahkan, jika tren ini terus berlanjut, AI bisa mendekati atau bahkan melampaui konsumsi listrik Inggris Raya atau Prancis, dua negara dengan kebutuhan energi yang cukup besar di Eropa.
Kontribusi AI di Pusat Data Meningkat Drastis
Dalam laporan yang sama, disebutkan bahwa saat ini sekitar 20 persen dari konsumsi listrik pusat data digunakan untuk operasional AI. Namun pada tahun 2026 mendatang, angka ini diperkirakan akan melonjak hampir dua kali lipat menjadi 40–50 persen, seiring meningkatnya permintaan akan layanan berbasis AI seperti chatbot, generator gambar, dan asisten virtual.
Badan Energi Internasional (IEA) turut mengamini kekhawatiran ini dengan memperkirakan bahwa konsumsi listrik pusat data akan dua kali lipat dalam dua tahun ke depan, didorong oleh ekspansi AI.
Ironi Teknologi AI: Solusi Tapi Juga Ancaman
Di satu sisi, AI banyak disebut sebagai solusi ramah lingkungan karena dapat mengoptimalkan sistem energi dan mengurangi limbah. Namun di sisi lain, konsumsi energinya yang besar justru menimbulkan ironi, sebab untuk mengoperasikan sistem AI berskala besar dibutuhkan pasokan listrik yang tidak sedikit.
Kondisi ini menuntut perusahaan teknologi dan penyedia infrastruktur cloud untuk mencari solusi efisiensi energi, termasuk penggunaan energi terbarukan dan peningkatan efisiensi sistem pendingin di data center.
| Dapatkan informasi terbaru seputar Gadget, Anime, Game, Tech dan Berita lainnya setiap hari melalui social media Gadget VIVA. Ikuti kami di : | |
|---|---|
| @gadgetvivacoid | |
| Gadget VIVA.co.id | |
| X (Twitter) | @gadgetvivacoid |
| Whatsapp Channel | Gadget VIVA |
| Google News | Gadget |