Harga Emas Turun Drastis, Bisakah Bitcoin Jadi Pilihan Investasi Terbaik Selanjutnya?
- treasury
Gadget – Harga emas di pasar spot mengalami penurunan drastis sebesar lebih dari 5,3%, turun ke level US$ 4.125 (Rp 68,43 juta) per ounce pada Selasa (21/10). Ini merupakan penurunan harian terbesar dalam lebih dari lima tahun terakhir. Sementara itu, Bitcoin mencatat kenaikan signifikan dari level US$ 107.000 (Rp 1,77 miliar) hingga menyentuh US$ 113.000 (Rp 1,87 miliar). Meskipun demikian, kenaikan Bitcoin juga tidak bertahan lama dan akhirnya terkoreksi menjadi US$ 108.000 (Rp 1,79 miliar).
Fenomena ini memicu spekulasi bahwa aliran modal mulai berpindah dari emas ke Bitcoin, terutama menjelang potensi pemangkasan suku bunga oleh The Fed pekan depan.
Analisis Penyebab Fluktuasi Pasar
Analis Reku Fahmi Almuttaqin menilai bahwa pasar saat ini sedang berspekulasi tentang perubahan tren investasi, didorong oleh kemungkinan pemangkasan suku bunga acuan oleh The Fed. Data dari CME FedWatch Tool menunjukkan probabilitas pemangkasan suku bunga bulan ini mencapai hampir 99%, mengonfirmasi sikap dovish The Fed terhadap kondisi ekonomi global.
"Kondisi likuiditas ketat yang ada di pasar investasi saat ini dapat segera membaik dengan pemotongan suku bunga," kata Fahmi. Kondisi ini juga memberikan katalis positif bagi instrumen berisiko seperti Bitcoin.
Selain itu, Fahmi menjelaskan bahwa narasi rotasi kapital dari emas ke Bitcoin sempat menarik banyak perhatian trader dan investor kripto. "Investor mulai mempertimbangkan Bitcoin sebagai alternatif lindung nilai terhadap inflasi yang lebih berisiko namun menjanjikan potensi kenaikan menarik," tambahnya.
Potensi Rotasi Kapital dari Emas ke Bitcoin
Dalam beberapa pekan terakhir, harga emas telah melonjak signifikan. Namun, jika penurunan suku bunga acuan berlanjut, investor diprediksi akan memilih untuk merealisasikan keuntungan (take profit) mereka dari emas guna memindahkan aset ke instrumen lain yang menawarkan peluang pertumbuhan lebih besar, seperti Bitcoin.
Laporan dari Bitwise menyebutkan bahwa hanya dengan rotasi 2% dari total kapitalisasi pasar emas senilai US$ 17 triliun, harga Bitcoin berpotensi menembus US$ 161.000 (Rp 2,67 miliar). Hal ini menunjukkan bahwa minat investor terhadap Bitcoin sebagai aset safe haven modern semakin meningkat.
Likuiditas di Pasar Keuangan Masih Ketat
Fahmi menyoroti bahwa neraca keuangan The Fed belum menunjukkan ekspansi signifikan, artinya likuiditas dolar di pasar masih relatif ketat. Selain itu, data Treasury General Account (TGA) menunjukkan pemerintah AS masih menarik likuiditas dari sistem perbankan ke kas negara, memperparah ketegangan likuiditas di pasar keuangan.
"Kekhawatiran investor terhadap gejolak politik dan ekonomi global dapat memengaruhi volatilitas pasar, meskipun potensi bullish ke depan cukup terbuka di instrumen berisiko seperti Bitcoin," ungkap Fahmi.
Prospek Bitcoin di Tengah Ketidakpastian Ekonomi Global
Menurut Fahmi, pandangan The Fed terkait kondisi ekonomi yang akan dipaparkan pasca-pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pekan depan menjadi faktor krusial bagi para investor. Penurunan suku bunga yang diiringi proyeksi kenaikan inflasi dapat membatasi katalis bullish yang berkembang di pasar.
Dalam situasi di mana potensi pergeseran naratif bullish atau bearish cukup terbuka dan ketidakpastian ekonomi global kembali meningkat, pengelolaan portofolio investasi harus lebih aktif. Investor disarankan untuk melakukan diversifikasi agar mendapatkan imbal hasil lebih optimal.
Strategi Investasi untuk Investor Pemula
Bagi investor pemula, strategi akumulasi bertahap seperti dollar cost averaging (DCA) bisa menjadi pilihan menarik. Strategi ini memungkinkan investor membeli aset secara konsisten dalam jumlah tetap, sehingga mendapatkan harga rata-rata di setiap kenaikan dan penurunan harga aset.
"Khususnya, mengingat tren bullish di pasar kripto saat ini masih cukup kuat, strategi DCA dapat membantu investor pemula memanfaatkan volatilitas tanpa terlalu terpengaruh oleh fluktuasi harga," ujar Fahmi.
Kesimpulan:
Penurunan harga emas yang signifikan dan lonjakan Bitcoin menunjukkan adanya potensi pergeseran minat investor dari aset tradisional ke aset digital. Meskipun demikian, ketidakpastian ekonomi global dan kebijakan perdagangan tetap menjadi faktor penting yang perlu dipertimbangkan. Untuk menghadapi volatilitas pasar, diversifikasi portofolio dan strategi akumulasi bertahap seperti DCA dapat menjadi solusi cerdas bagi investor, baik pemula maupun berpengalaman.
| Dapatkan informasi terbaru seputar Gadget, Anime, Game, Tech dan Berita lainnya setiap hari melalui social media Gadget VIVA. Ikuti kami di : | |
|---|---|
| @gadgetvivacoid | |
| Gadget VIVA.co.id | |
| X (Twitter) | @gadgetvivacoid | 
| Whatsapp Channel | Gadget VIVA | 
| Google News | Gadget | 
 
	         
             
           
              
     
              
     
              
     
              
     
              
     
              
     
     
     
     
     
     
                   
                   
                   
                   
                   
     
     
     
     
    