Transfer Data ke AS? Waspadai Ancaman Keamanan Besar-besaran

Cuan dari Facebook Pro
Sumber :
  • Canva

Gadget – Pemerintah Indonesia disebut tengah membuka peluang kerja sama yang memungkinkan data pribadi warga dikirim ke Amerika Serikat. Alasannya, untuk mendapatkan keuntungan dagang seperti penghapusan tarif impor. Namun, di balik itu tersimpan ancaman siber yang tak main-main.

7 Kegunaan Rahasia Fitur NFC di HP, Dijamin Bikin Tercengang!

Menurut Sergey Lozhkin, pakar keamanan Kaspersky, transfer data lintas negara adalah praktik berisiko tinggi yang wajib diatur ketat dengan standar keamanan global.

“Memindahkan data ke luar perangkat pribadi saja sudah berisiko. Apalagi kalau dikirim ke negara besar seperti AS,” ujarnya.

Regulasi AI Tak Perlu Buru-Buru, Kolaborasi Diperkuat Dahulu

Kenapa Transfer Data ke Negara Lain Berbahaya?

Menurut Lozhkin, data yang disimpan di infrastruktur AS sangat rentan karena negara tersebut menjadi target utama para peretas kelas dunia. Artinya, jika data warga Indonesia ada di sana, maka dampak kebocorannya bisa menyebar luas.

Mengenal 12 Grup Hacker Paling Berbahaya Dunia, Targetkan Indonesia!

“Bayangkan APT (advanced persistent threat) dari negara lain ingin meretas AS. Mereka tak sengaja juga dapat data warga Indonesia,” jelasnya.

AS memang memiliki teknologi canggih dan sistem keamanan tinggi. Tapi justru karena “terlalu besar”, AS juga menjadi sasaran empuk bagi aktor jahat global. Bandingkan dengan Indonesia yang lebih kecil secara geopolitik dan lebih jarang menjadi target utama.

“Mereka lebih banyak diserang karena lebih penting secara politik. Kalau sistemnya dijebol, data kita juga ikut bocor,” kata Lozhkin.

Lozhkin menekankan pentingnya kesepakatan internasional soal standar minimum keamanan data sebelum data pribadi dikirim ke luar negeri. Hal ini mencakup:

  • Protokol enkripsi
  • Audit berkala
  • Lokasi server cadangan
  • Akses terbatas oleh otoritas asing

“Tanpa dokumen legal yang menjamin keamanan, tidak ada alasan data itu boleh dikirim ke luar negeri,” ujarnya.

Risiko Komersial dan Politik

Tak hanya soal keamanan teknis, transfer data lintas negara juga mengandung risiko politik. Negara penerima bisa saja menggunakan data tersebut untuk kepentingan ekonomi atau geopolitik, apalagi jika tidak ada pengawasan dari negara asal.

Namun, Lozhkin menolak memberi komentar politis, dan hanya mengingatkan dari sisi teknis: “Data adalah aset. Kalau bocor, bisa membahayakan negara asalnya.”

Indonesia Perlu Menolak Tanpa Proteksi

Halaman Selanjutnya
img_title