NATO Siaga Tinggi, Operasi Eastern Sentry Diluncurkan Tanggapi Ancaman Serangan Drone Rusia!

NATO Siaga Tinggi, Operasi Eastern Sentry Diluncurkan Tanggapi Ancaman Serangan Drone Rusia!
Sumber :
  • DPA/KAY NIETFELD via DW INDONESIA

Gadget – Kemunculan drone tempur Rusia telah menjadi isu hangat di Eropa dalam beberapa pekan terakhir. Pada malam 9–10 September, sebanyak 19 drone berhasil menembus wilayah udara Polandia, salah satu anggota NATO. Beberapa di antaranya ditembak jatuh oleh otoritas setempat. Tidak sampai di situ, insiden serupa juga terjadi di Romania, menunjukkan eskalasi ancaman yang semakin luas dari Moskwa.

Rusia Pamer Rudal Nuklir Abadi! Burevestnik Diklaim Bisa Terbang Keliling Bumi Tanpa Terlacak!

Insiden-insiden tersebut menyoroti pentingnya langkah strategis NATO untuk menjaga keamanan wilayahnya. Sebagai respons, aliansi militer ini meluncurkan misi baru bernama Operasi Eastern Sentry, yang bertujuan untuk memperkuat pertahanan udara di sisi timurnya.

Operasi Eastern Sentry: Aktivitas Multidomain untuk Keamanan Udara

Putin Gegerkan Dunia! Rusia Sukses Uji Coba Rudal Nuklir Burevestnik yang Tak Terkalahkan oleh NATO

Operasi Eastern Sentry dijelaskan sebagai upaya "aktivitas multidomain" yang mencakup peningkatan pertahanan darat, udara, serta kemampuan intelijen. Dalam pernyataan resmi pada 12 September, NATO menyebut bahwa operasi ini akan berlangsung untuk waktu yang tidak ditentukan.

Tujuan utama operasi ini adalah memberikan rasa aman kepada negara-negara anggota NATO di wilayah timur Eropa, sekaligus sebagai peringatan tegas kepada Rusia. Negara-negara seperti Inggris, Denmark, Jerman, dan Perancis telah menunjukkan dukungan mereka dengan mengirimkan jet tempur tambahan untuk memperkuat pertahanan udara.

Rusia Siaga Perang! Latihan Raksasa Zapad-2025 Diduga Jadi Sinyal Siap Lawan NATO

Namun, penggunaan jet tempur dan rudal udara-ke-udara untuk menangani drone dinilai kurang efisien. Chris Kremidas-Courtney dari lembaga European Policy Centre (EPC) menyebut metode ini seperti "menggunakan palu godam untuk menghantam paku payung." Biaya drone Rusia berkisar antara 10.000 hingga 30.000 euro, sedangkan rudal yang digunakan untuk menjatuhkannya bisa mencapai jutaan dolar. Hal ini dapat membuat stok senjata cepat habis.

Sebagai solusi, pakar pertahanan menyarankan investasi pada teknologi modern yang lebih hemat biaya, seperti sistem rudal anti-drone buatan Swedia, Nimbrix.

Konsep "Tembok Drone" di Eropa

Negara-negara Baltik, bersama Polandia dan Finlandia, telah lama mendorong konsep pembangunan "tembok drone" untuk meningkatkan koordinasi pertahanan terhadap ancaman serupa. Ide ini bahkan disebutkan oleh Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, dalam pidato kenegaraan tahunan.

Untuk mewujudkan konsep tersebut, Komisi Eropa mengumumkan proyek produksi drone bersama senilai 6 miliar euro (Rp 116,5 triliun), dengan keahlian Ukraina menjadi kunci dalam pengembangan teknologi ini. Ian Bond dari Centre for European Reform (CER) menekankan pentingnya belajar dari keberhasilan Ukraina dalam menjatuhkan drone Rusia.

Halaman Selanjutnya
img_title