Drone Israel Serang Pasukan Perdamaian UNIFIL di Lebanon, PBB Kecam Pelanggaran Resolusi

Gencatan Senjata Diabaikan! Israel Serang Lebanon, 3 Orang Tewas dalam 24 Jam
Sumber :
  • Ariel Schalit/AP Photo

Serangan militer kembali mengguncang perbatasan Lebanon dan Israel. Kali ini, pasukan penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau United Nations Interim Force in Lebanon (UNIFIL) menjadi sasaran serangan drone Israel di dekat permukiman Kfar Kila, Lebanon Selatan. Insiden ini menambah ketegangan di kawasan yang selama ini dikenal sebagai titik rawan konflik.

Dunia Terkejut, Operasi Polisi di Brasil Tewaskan Ratusan Orang

Menurut laporan resmi UNIFIL, serangan terjadi pada Minggu (26/10/2025) sekitar pukul 17.45 waktu setempat. Sebuah drone milik militer Israel menjatuhkan granat ke arah patroli pasukan perdamaian yang tengah beroperasi di wilayah tersebut. Beruntung, tidak ada korban jiwa maupun luka-luka akibat serangan tersebut. UNIFIL juga memastikan tidak ada kerusakan terhadap aset mereka.

Namun, peristiwa tidak berhenti di situ. Beberapa saat setelah drone melancarkan serangannya, sebuah tank milik Pasukan Pertahanan Israel (IDF) juga melepaskan tembakan artileri ke arah posisi pasukan UNIFIL. Aksi tersebut sontak memicu kekhawatiran baru mengenai meningkatnya agresi militer Israel di kawasan perbatasan.

Venezuela Siagakan Ribuan Rudal Igla-S untuk Hadapi Ancaman Amerika Serikat

Dalam pernyataan resminya yang dikutip dari Sputnik, UNIFIL menegaskan bahwa serangan itu merupakan pelanggaran serius terhadap mandat dan hukum internasional. “Sebuah pesawat drone Israel mendekati patroli UNIFIL yang sedang beroperasi di dekat Kfar Kila dan menjatuhkan granat. Tak lama kemudian, satu unit tank Israel menembakkan peluru artileri ke arah pasukan penjaga perdamaian,” demikian isi keterangan tersebut.

Meski tidak menimbulkan korban, tindakan itu tetap dianggap sebagai ancaman langsung terhadap pasukan internasional yang bertugas menjaga stabilitas dan perdamaian di wilayah perbatasan Lebanon-Israel. “Kami menegaskan kembali pentingnya menghormati mandat dan keamanan personel UNIFIL,” tegas juru bicara lembaga tersebut.

Pasukan Israel Kembali Serang Gaza, 104 Warga Tewas dalam Sehari

Serangan ini bukan yang pertama kalinya terjadi di lokasi tersebut. Beberapa waktu sebelumnya, insiden serupa juga dilaporkan ketika sebuah drone Israel terbang rendah di atas patroli UNIFIL. Menanggapi hal itu, pasukan penjaga perdamaian melakukan langkah-langkah pertahanan untuk menetralisir ancaman dari udara tersebut. Meski demikian, insiden ini menunjukkan adanya pola berulang dari tindakan militer Israel yang berpotensi memicu eskalasi baru di kawasan perbatasan.

Selain itu, sumber diplomatik di Beirut mengungkapkan bahwa serangan tersebut secara jelas melanggar Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 1701. Resolusi itu diterbitkan setelah perang Lebanon 2006 dan menegaskan penghentian permusuhan antara Israel dan kelompok Hizbullah, serta menetapkan kehadiran UNIFIL sebagai penjaga stabilitas di perbatasan. Pelanggaran terhadap resolusi tersebut dinilai dapat memperburuk hubungan antara Israel dan PBB, sekaligus merusak upaya perdamaian yang sudah dibangun selama hampir dua dekade.

Sementara itu, pihak Lebanon mengecam keras tindakan Israel. Pemerintah Beirut menilai serangan terhadap pasukan PBB di wilayah kedaulatannya adalah bentuk provokasi militer yang tidak bisa diterima. Sejumlah pejabat Lebanon juga menyerukan kepada komunitas internasional untuk mengambil langkah tegas terhadap pelanggaran yang dilakukan Israel.

“Serangan ini tidak hanya melanggar hukum internasional, tetapi juga mengancam keselamatan pasukan penjaga perdamaian yang bertugas di bawah mandat PBB,” ujar salah satu pejabat Kementerian Luar Negeri Lebanon.

UNIFIL sendiri menegaskan komitmennya untuk tetap menjalankan tugas meski menghadapi situasi berbahaya. Misi tersebut terdiri dari ribuan pasukan multinasional, termasuk prajurit dari Indonesia, Malaysia, Italia, dan beberapa negara lainnya. Mereka ditempatkan di sepanjang perbatasan Lebanon-Israel untuk memantau gencatan senjata dan mencegah terjadinya bentrokan bersenjata.

Sebelumnya, pasukan UNIFIL dari Malaysia juga pernah menjadi korban serangan di wilayah yang sama. Mereka dilaporkan mengalami luka-luka akibat ledakan yang terjadi hanya sehari setelah tiba untuk bertugas. Insiden tersebut menambah panjang daftar risiko yang dihadapi pasukan perdamaian di lapangan.

Ketegangan di kawasan perbatasan Lebanon-Israel sendiri terus meningkat dalam beberapa bulan terakhir. Israel menuding Hizbullah menggunakan wilayah Lebanon untuk melancarkan serangan ke utara Israel, sementara pemerintah Lebanon dan kelompok Hizbullah menuduh Israel kerap melanggar wilayah udara dan darat mereka dengan operasi militer. Di tengah kondisi tersebut, keberadaan UNIFIL menjadi sangat penting untuk menengahi dan menjaga keseimbangan di antara kedua pihak.

Namun, serangan terhadap pasukan perdamaian seperti ini berpotensi melemahkan kepercayaan dan efektivitas misi PBB di lapangan. Banyak pihak khawatir, jika serangan semacam ini terus berulang tanpa ada sanksi tegas, maka mandat UNIFIL bisa menjadi sia-sia dan tidak lagi dihormati oleh pihak yang bertikai.

Menyikapi situasi tersebut, Sekretaris Jenderal PBB melalui juru bicaranya menyampaikan keprihatinan mendalam dan menyerukan agar semua pihak menahan diri. “Pasukan penjaga perdamaian beroperasi untuk memastikan stabilitas dan keamanan. Serangan terhadap mereka merupakan tindakan yang tidak dapat dibenarkan,” ujar pernyataan resmi PBB.

PBB juga menegaskan bahwa mereka akan melakukan investigasi mendalam atas insiden ini dan berkoordinasi dengan pihak Israel serta Lebanon untuk memastikan kejadian serupa tidak terulang. Langkah diplomatik tengah diupayakan agar jalur komunikasi antar pihak bisa kembali normal dan tidak menimbulkan ketegangan lebih jauh.

Secara keseluruhan, serangan drone dan artileri Israel terhadap UNIFIL menjadi peringatan serius tentang rapuhnya perdamaian di wilayah tersebut. Insiden ini tidak hanya menyoroti meningkatnya agresi militer Israel, tetapi juga menegaskan betapa pentingnya menjaga mandat internasional yang telah disepakati. Dunia kini menunggu bagaimana PBB dan masyarakat internasional merespons serangan ini — apakah hanya sebatas kecaman, atau ada langkah nyata untuk menegakkan hukum internasional di tanah yang terus bergolak itu.