Genosida di Sudan? Dunia Dikejutkan Kekejaman RSF di el-Fasher
- un
Wilayah Strategis yang Jadi Rebutan
El-Fasher dan el-Obeid, dua kota besar di barat Sudan, kini menjadi titik krusial dalam perang berkepanjangan antara SAF dan RSF. Dengan jatuhnya el-Fasher, Darfur kini sepenuhnya dikuasai RSF, sementara SAF masih bertahan di wilayah timur dan utara.
RSF juga terus bergerak ke arah timur, mencoba merebut el-Obeid ibu kota Kordofan Utara, wilayah kaya minyak yang menjadi jalur penting antara Darfur dan ibu kota Khartoum. Jika el-Obeid jatuh, maka posisi SAF akan semakin terjepit.
Kedua Pihak Saling Menyalahkan
Setelah kehilangan el-Fasher, Jenderal Abdel Fattah al-Burhan, pemimpin SAF, mengaku menarik pasukannya untuk menyelamatkan warga sipil dari “penghancuran sistemik” yang dilakukan RSF. Namun, ia berjanji akan membalas kekejaman tersebut.
Sebaliknya, pemimpin RSF Mohammed Hamdan “Hemedti” Dagalo berdalih bahwa kelompoknya hanya ingin menyatukan Sudan di bawah “demokrasi sejati”. Ia juga menegaskan akan menghukum anggotanya yang terbukti melakukan pelanggaran, meski hingga kini belum ada tindakan nyata.
Asal-Usul dan Perang yang Tak Kunjung Usai
RSF bukan kelompok baru di Sudan. Mereka merupakan evolusi dari milisi Janjaweed, yang terkenal brutal pada perang Darfur tahun 2003 di bawah rezim Omar al-Bashir. Saat itu, Janjaweed dituduh melakukan genosida terhadap suku-suku non-Arab, dengan korban mencapai 300.000 jiwa.
Setelah dilegalkan pada 2013 dan menjadi pasukan resmi, RSF sempat bersekutu dengan SAF dalam menggulingkan al-Bashir pada 2019. Namun, hubungan mereka memburuk hingga akhirnya pecah perang pada 15 April 2023. Perselisihan utama terjadi soal integrasi RSF ke dalam struktur militer nasional dan siapa yang berhak memimpin negara.
Sejak itu, konflik telah menewaskan lebih dari 40.000 orang dan memaksa 12 juta warga Sudan mengungsi, menjadikannya salah satu krisis kemanusiaan terbesar di dunia.
Dunia Desak Gencatan Senjata
Upaya damai sebenarnya sudah berkali-kali dilakukan. Arab Saudi, Amerika Serikat, dan Uni Afrika pernah memfasilitasi perundingan, namun semuanya gagal. Baru-baru ini, koalisi negara-negara yang disebut “Quad” terdiri dari AS, Arab Saudi, Mesir, dan Uni Emirat Arab mengusulkan gencatan senjata tiga bulan untuk membuka akses bantuan kemanusiaan.
 
	         
             
           
              
     
              
     
              
     
              
     
              
     
              
     
     
     
     
     
                   
                   
                   
                   
                   
    