Kisah Palestina Saat Kepemimpinan Kaisar Ottoman
- HistoryMaps
Bangsa Arab berharap pada Inggris untuk mendukung gerakan nasionalisme mereka. Mereka percaya bahwa janji kemerdeka
an yang diumumkan dalam korespondensi antara Amir Makkah Husain bin Ali dan komisaris Inggris di Mesir, Henry McMahon, akan dipenuhi.
Dengan kekuasaan Kekaisaran Ottoman semakin terkikis, Inggris mengambil alih kendali Palestina sesuai dengan Perjanjian Sykes-Picot. Ini membuka pintu bagi perkembangan konflik yang tak berkesudahan di Palestina.
Deklarasi Balfour pada tahun 1917, yang mendukung migrasi besar-besaran orang Yahudi dari Eropa dan Amerika Serikat ke Palestina, semakin memperumit situasi.
Sejak awal abad ke-20, imigrasi besar-besaran orang Yahudi dari Eropa ke Palestina telah memicu ketegangan dengan penduduk Arab setempat.
Kolonisasi Yahudi yang semakin meluas didukung oleh dana besar dari keluarga Rothschild pada tahun 1918, yang menyebabkan ketegangan sosial antara komunitas Yahudi dan Arab.
Permainan dua kaki Inggris antara pihak Arab dan gerakan Zionis semakin memperumit situasi.
Sejarawan politik percaya bahwa Deklarasi Balfour sebagian dimaksudkan untuk mendapatkan dukungan Yahudi Amerika dan Rusia bagi kebijakan Inggris di masa pasca-perang.
Pendirian Mandat Britania di Palestina pada tahun 1920, setelah kejatuhan Kekaisaran Ottoman, menandai babak baru konflik yang terus berlangsung hingga saat ini.
| Dapatkan informasi terbaru seputar Gadget, Anime, Game, Tech dan Berita lainnya setiap hari melalui social media Gadget VIVA. Ikuti kami di : | |
|---|---|
| @gadgetvivacoid | |
| Gadget VIVA.co.id | |
| X (Twitter) | @gadgetvivacoid |
| Whatsapp Channel | Gadget VIVA |
| Google News | Gadget |