Tarif, Senjata, dan Travel Ban: Kontroversi Kebijakan Trump yang Mengguncang Hubungan Indonesia-AS

Kontroversi Kebijakan Trump
Sumber :
  • lifeworks

4. Travel Ban: Ancaman Tidak Langsung

Kebijakan travel ban yang dikenakan Trump sejak masa jabatan pertamanya kembali menjadi sorotan. Meski Indonesia tidak termasuk dalam daftar 43 negara yang dibatasi dalam periode kedua ini, kebijakan tersebut tetap menimbulkan kekhawatiran. Banyak pihak menilai, langkah ini bisa memperburuk citra umat Muslim di mata dunia.

Wakil Presiden RI saat itu, Jusuf Kalla, bahkan secara terbuka menyebut kebijakan ini sebagai bentuk diskriminasi. Pemerintah Indonesia juga mencemaskan dampaknya terhadap hubungan diplomatik, terutama dalam kerja sama pendidikan dan pariwisata.

5. Tuduhan Trans-shipment

Terakhir, ada pula tudingan dari pemerintah AS bahwa Indonesia menjadi salah satu negara pelarian bagi barang-barang China yang ingin menghindari tarif ekspor ke AS. Praktik yang disebut trans-shipment ini membuat AS menuntut Indonesia meningkatkan pengawasan ekspor.

Jika tidak ditanggapi serius, AS mengancam akan menindak dengan regulasi baru yang bisa mempersulit produk asal Indonesia masuk ke pasar Amerika. Pemerintah Indonesia pun mulai memperkuat regulasi dan meningkatkan pengawasan bea cukai.

Dampak Menyeluruh bagi Indonesia

Serangkaian kebijakan kontroversial tersebut jelas tidak hanya berdampak pada sektor ekonomi, tetapi juga menimbulkan tekanan dalam politik luar negeri dan pertahanan.

Sektor ekspor kini dipaksa mencari pasar baru. Pemerintah Indonesia mulai mengalihkan fokus ke kawasan Asia, Timur Tengah, hingga Afrika. Di saat yang sama, kerja sama multilateral melalui forum BRICS dan ASEAN menjadi lebih aktif daripada sebelumnya.

Kebijakan dalam negeri juga ikut berbenah. Regulasi dagang ditinjau ulang, sistem pengawasan bea masuk diperkuat, dan diplomasi ekonomi dijalankan lebih agresif.

Amerika First, Indonesia Harus Lincah

Kebijakan "America First" Donald Trump, dari tarif ekspor, tekanan senjata, hingga larangan perjalanan, menunjukkan bahwa negara-negara berkembang seperti Indonesia perlu punya strategi yang lebih tangguh dalam menghadapi manuver negara besar. Bukan hanya soal berdiplomasi, tapi juga kemampuan untuk adaptif dan cepat dalam mengambil keputusan.

Kini, langkah Indonesia untuk memperkuat hubungan dengan berbagai negara dan memperluas pasar ekspor menjadi semakin relevan. Sebab di tengah dinamika global yang tak menentu, ketahanan ekonomi dan diplomasi menjadi kunci agar tidak tergilas kepentingan raksasa dunia.