Kenapa 5G di Indonesia Lemot? OpenSignal Bongkar Penyebab Utamanya!

Kenapa 5G di Indonesia Lemot? OpenSignal Bongkar Penyebab Utamanya!
Sumber :
  • XDA

OpenSignal memuji upaya operator seluler yang telah mematikan jaringan 2G/3G untuk mengosongkan spektrum. Namun, tanpa dukungan regulator dalam melepas frekuensi baru, transformasi 5G tidak akan pernah maksimal.

Aplikasi Signal Booster: Efektif atau Justru Membahayakan?

Dampak Nyata: Ketimpangan Digital dan Perlambatan Ekonomi

Keterlambatan alokasi spektrum bukan hanya soal kecepatan internet—melainkan menghambat seluruh ekosistem digital nasional.

Kenapa Komdigi Ingin Batasi Fitur VoIP Seperti WhatsApp? Simak Penjelasannya!

1. Kesenjangan Urban–Rural Melebar
Tanpa pita 700 MHz (low-band), operator kesulitan membangun jaringan 5G di daerah terpencil. Akibatnya, desa dan kota kecil tetap terjebak di era 4G atau bahkan 3G, sementara Jakarta dan Surabaya menikmati kecepatan tinggi.

2. Investasi Infrastruktur Tertahan
Operator enggan berinvestasi besar-besaran jika spektrum tidak jelas. Padahal, membangun menara 5G membutuhkan biaya miliaran rupiah per lokasi. Tanpa kepastian alokasi, ROI (return on investment) jadi tidak menarik.

Borneo Digital Summit 2025 di Balikpapan, Transformasi Digital Pemda

3. Indonesia Tertinggal dari Tetangga
Negara seperti Thailand, Vietnam, dan Singapura sudah mengalokasikan pita 3,5 GHz secara penuh. Hasilnya? Mereka mencatat kecepatan 5G rata-rata 3–5 kali lebih tinggi daripada Indonesia, menurut data OpenSignal.

Apa Kata Regulator? Komdigi Belum Bergerak Cepat

Hingga Oktober 2025, Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) belum mengumumkan jadwal pasti lelang spektrum 700 MHz, 2,6 GHz, maupun penyelesaian migrasi satelit dari pita 3,5 GHz.

Padahal, rencana awal pelepasan 700 MHz sempat dijanjikan pada 2023, tetapi terus tertunda karena alasan teknis dan koordinasi antarlembaga.

Sementara itu, permintaan data terus melonjak. Menurut APJII, penetrasi internet Indonesia mencapai 77% pada 2025, dengan rata-rata penggunaan data per kapita naik 40% per tahun. Tanpa spektrum tambahan, jaringan akan semakin sesak, bahkan di era 4G sekalipun.

Solusi yang Direkomendasikan OpenSignal

Laporan OpenSignal tidak hanya mengkritik—tapi juga menawarkan solusi konkret:

1. Percepat Pelepasan Pita 700 MHz dan 2,6 GHz
Pita ini relatif “bersih” dan siap digunakan. Pelelangan segera akan memberi operator ruang untuk memperluas jangkauan dan kapasitas.

2. Selesaikan Migrasi Layanan Satelit dari 3,5 GHz
Koordinasi dengan lembaga antariksa dan operator satelit harus dipercepat. Beberapa negara menggunakan pendekatan clearing and repacking—memindahkan layanan satelit ke frekuensi lain secara bertahap.

3. Harmonisasi Spektrum di Tingkat ASEAN
Jika semua negara ASEAN menggunakan pita yang sama, biaya perangkat (seperti smartphone 5G) akan turun, dan ekosistem digital regional bisa terintegrasi.

Halaman Selanjutnya
img_title