Standar Ganda Amerika: Iran Dihukum, Israel Dibiarkan Punya Nuklir?

Standar Ganda Amerika: Iran Dihukum,
Sumber :
  • lifehack

Gadget

10 Cara Warga Gaza Bertahan Hidup di Tengah Blokade: Dari Dapur Umum hingga Makanan dari Reruntuhan

Langkah Amerika Serikat (AS) menyerang fasilitas nuklir Iran kembali menyulut kritik tajam dari berbagai pengamat global. Salah satunya datang dari Beni Sukadis, pendiri Lembaga Studi Pertahanan dan Studi Strategis Indonesia (Lesperssi). Menurut Beni, tindakan agresif AS tersebut menggambarkan sikap arogan dan standar ganda negara adidaya itu dalam menyikapi program nuklir global.

"Amerika Serikat menganggap Iran sebagai ancaman karena program nuklirnya, padahal belum ada bukti kuat Iran mengembangkan senjata nuklir. Di sisi lain, Israel yang secara terbuka tidak menandatangani perjanjian NPT (Non-Proliferation Treaty) justru tidak pernah disentuh," ujar Beni saat dihubungi Kompas.com, Minggu (22/6/2025).

Dunia Tak Lagi Diam: 5 Negara Eropa Resmi Akui Palestina Merdeka

Sebagai informasi, NPT adalah perjanjian internasional yang bertujuan mencegah penyebaran senjata nuklir dan mendorong perlucutan senjata. Iran termasuk negara yang menandatangani NPT dan berkewajiban membuka fasilitas nuklirnya untuk inspeksi internasional. Sebaliknya, Israel hingga kini belum mengakui secara resmi bahwa mereka memiliki senjata nuklir, apalagi menjadi anggota NPT.

Serangan AS dan Ketegangan Global

Kondisi ini, menurut Beni, semakin menegaskan sikap standar ganda pemerintah AS dalam memperlakukan negara-negara yang berusaha mengembangkan teknologi nuklir, baik untuk tujuan sipil maupun militer. “Ini bukan hanya soal senjata nuklir, tapi soal politik kekuasaan. Amerika menunjukkan bahwa mereka boleh menentukan siapa yang boleh memiliki kekuatan dan siapa yang tidak,” tegasnya.

Mengapa Negara-Negara Arab Tampak Diam soal Palestina? Ini Penjelasannya

Lebih jauh, Beni mengingatkan bahwa tindakan seperti ini justru membuat Amerika Serikat kehilangan kepercayaan sebagai mitra diplomatik yang netral. “Jika AS terus bersikap seperti ini, dunia akan melihat mereka bukan sebagai penengah, melainkan pelaku utama konflik,” katanya.

Tak hanya itu, Beni juga menyoroti sikap pasif Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam menyikapi serangan tersebut. Menurutnya, PBB saat ini hanya menjadi alat legitimasi kebijakan luar negeri AS dan sekutunya. “PBB tidak berkutik. Mereka hanya diam, padahal mandat mereka seharusnya menjaga perdamaian dunia,” ucapnya.

Pendekatan Realisme dan Ancaman Konflik Baru

Fenomena tersebut menunjukkan bahwa pemerintahan Presiden Donald Trump masih mengedepankan pendekatan realisme dalam kebijakan luar negerinya. Dalam teori hubungan internasional, realisme menekankan pada kekuatan militer dan kepentingan nasional sebagai dasar utama diplomasi.

"Ini berbahaya karena dunia akan semakin penuh konflik. Ketika negara-negara besar seperti China dan Rusia merasa perlu turun tangan untuk membantu Iran, situasi akan makin rumit," jelas Beni.

Kekhawatiran tersebut bukan tanpa alasan. Ketegangan antara kekuatan Barat dan Timur sudah meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Jika Iran mendapat dukungan militer dari China dan Rusia, maka potensi pecahnya konflik kawasan atau bahkan global bisa semakin besar.

Serangan ke Tiga Fasilitas Nuklir

Sebelumnya, Presiden Donald Trump menyatakan bahwa AS berhasil menyerang tiga lokasi penting fasilitas nuklir Iran yang berada di Fordow, Natanz, dan Esfahan. Ketiga tempat ini diketahui sebagai pusat pengayaan uranium Iran yang menjadi perhatian utama pengawas internasional.

"Fordow sudah lenyap," tulis Trump secara singkat namun provokatif di media sosial miliknya.

Meski demikian, pemerintah Iran membantah bahwa serangan tersebut menimbulkan kerusakan besar. Menurut mereka, fasilitas nuklir masih dapat beroperasi dan hanya mengalami kerusakan ringan.

Di sisi lain, Badan Energi Atom Internasional (IAEA) menyebut bahwa tidak ada peningkatan radiasi di sekitar lokasi, menandakan bahwa serangan itu belum mencapai titik kritis. Namun, tetap saja, aksi militer sepihak semacam ini dinilai telah melanggar kedaulatan Iran dan menyalahi hukum internasional.

Reaksi Dunia Internasional

Serangan AS ini juga menuai reaksi keras dari sejumlah negara dan tokoh internasional. Beberapa negara anggota G7 bahkan membela tindakan Israel yang selama ini juga menghadapi kritik karena kebijakan militernya terhadap Palestina.

Menteri Luar Negeri Indonesia, Sugiono, menyayangkan sikap G7 yang dianggap semakin memperburuk kondisi global. “Serangan ke Iran bukan solusi. Ini hanya memperkeruh suasana dan menimbulkan ketegangan baru di kawasan Timur Tengah,” ungkapnya.

Sugiono juga menyerukan agar dunia internasional tidak menerapkan standar ganda dalam menyikapi masalah nuklir. Ia menegaskan bahwa semua negara seharusnya diperlakukan sama sesuai prinsip keadilan dan hukum internasional.

Dapatkan informasi terbaru seputar Gadget, Anime, Game, Tech dan Berita lainnya setiap hari melalui social media Gadget VIVA. Ikuti kami di :
Instagram @gadgetvivacoid
Facebook Gadget VIVA.co.id
X (Twitter) @gadgetvivacoid
Whatsapp Channel Gadget VIVA
Google News Gadget