Iran Gandeng China: Inilah Daftar Senjata Canggih yang Disiapkan untuk Menandingi Israel di Timur Tengah
- military
Gadget –
Iran dan China kini semakin mempererat hubungan strategis, terutama dalam bidang militer. Sejumlah perangkat tempur canggih dari Negeri Tirai Bambu dikabarkan akan segera memperkuat arsenal Iran. Langkah ini diyakini sebagai upaya serius Iran untuk menandingi dominasi militer Israel di kawasan Timur Tengah.
Sejak akhir Juni 2025, tanda-tanda kesepakatan antara dua negara ini mulai terlihat jelas. Menteri Pertahanan Iran bahkan melakukan kunjungan resmi ke Beijing. Di sana, mereka membahas secara khusus pengadaan alutsista mutakhir, termasuk jet tempur generasi terbaru dan sistem pertahanan udara. Apa saja perangkat yang tengah dibidik atau sudah dibeli Iran dari China? Berikut ulasannya.
1. Jet Tempur Chengdu J-10C
Langkah pertama Iran adalah menjajaki pembelian Chengdu J‑10C, jet tempur generasi 4,5 buatan China. Jet ini dilengkapi radar AESA, serta dapat membawa rudal udara-ke-udara jarak jauh PL‑15. Dengan manuver lincah dan kemampuan multirole, J‑10C mampu menjalankan berbagai misi seperti penguasaan udara, serangan darat, hingga peperangan elektronik.
Langkah ini bukan tanpa alasan. Iran menyadari, untuk menandingi armada Israel yang terdiri dari F‑35I Adir, F‑15I Ra’am, dan F‑16I Sufa, mereka butuh jet yang cukup tangguh. Walau J‑10C belum bisa disejajarkan dengan F-35, setidaknya ia menawarkan kekuatan udara baru yang signifikan.
2. Sistem Pertahanan Udara HQ‑9B dan HQ‑16
Tak hanya kekuatan udara, Iran juga memperkuat pertahanannya dari serangan rudal dan jet musuh. Setelah gencatan senjata dengan Israel pada 24 Juni 2025, Iran dilaporkan membeli sistem pertahanan udara HQ‑9B dan HQ‑16 dari China. Pembayaran konon dilakukan dengan barter minyak bumi, salah satu komoditas andalan Iran.
Sistem HQ‑9B dikenal memiliki jangkauan tembak hingga 260 kilometer, cukup jauh untuk melindungi kota-kota penting dan situs militer dari serangan udara. Sistem ini dirancang untuk bekerja sinergis dengan sistem buatan Rusia seperti S‑300, serta sistem lokal Iran seperti Khordad dan Bavar‑373.
Namun, langkah ini sempat menimbulkan kontroversi. China secara resmi membantah adanya transfer sistem rudal tersebut. Beijing menegaskan bahwa mereka tetap berkomitmen terhadap non-proliferasi senjata berat.
3. Bahan Baku Rudal Balistik
Di sisi lain, Iran tidak hanya membeli senjata siap pakai. Mereka juga diam-diam mengamankan pasokan bahan baku utama untuk produksi rudal balistik. Melalui sejumlah perusahaan Hong Kong, Iran membeli ribuan ton Ammonium Perchlorate dan Sodium Perchlorate, dua zat penting untuk propelan roket berbahan bakar padat.
Volume sebesar itu diperkirakan cukup untuk membuat ratusan bahkan ribuan rudal balistik. Iran bisa memanfaatkannya untuk memperkuat kekuatan rudal jarak jauh, sekaligus menyuplai kelompok proksi mereka seperti Hizbullah dan milisi di Yaman.
4. Sistem Navigasi Satelit Beidou
Selain perangkat keras militer, Iran juga mengadopsi teknologi navigasi buatan China yaitu Beidou. Sistem ini digunakan pada drone dan rudal Iran untuk meningkatkan akurasi serangan. Dengan mengandalkan Beidou, Iran tak lagi bergantung pada sistem GPS milik Amerika Serikat.
Penggunaan Beidou memberikan keunggulan strategis. Dalam konflik asimetris, akurasi sistem senjata sangat krusial. Baik untuk menyerang target vital maupun menghindari korban sipil, presisi menjadi pembeda antara keberhasilan dan kegagalan operasi.
5. Realitas dan Batasan Dukungan China
Namun, perlu dicatat bahwa hubungan militer Iran dan China bukan tanpa batas. Sejak tahun 2005, China membatasi ekspor senjata konvensional ke Iran karena tekanan internasional dan potensi sanksi dari AS serta sekutunya.
Kerja sama kedua negara lebih banyak berfokus pada dukungan simbolik, penyediaan bahan baku militer, teknologi dual-use, serta perangkat elektronik seperti radar dan sistem drone. Pengiriman sistem ofensif besar secara langsung masih menjadi isu sensitif bagi China di mata dunia internasional.
Intisari Strategi Iran
Secara garis besar, inilah strategi militer Iran dalam menghadapi Israel:
J‑10C: Menambal kekuatan udara agar bisa menghadapi dominasi jet tempur Israel.
HQ‑9B dan HQ‑16: Menambah lapisan pertahanan udara untuk mencegah serangan mendadak.
Propelan rudal: Meningkatkan produksi rudal balistik secara mandiri dan efisien.
Beidou: Menjamin akurasi tinggi dalam sistem senjata modern.
Meski strategi ini belum cukup untuk sepenuhnya menandingi kekuatan Israel, terutama yang sudah mengoperasikan F-35, namun Iran jelas menunjukkan tekad untuk mempersempit kesenjangan militer yang ada.
Iran tengah bersiap menghadapi segala kemungkinan di Timur Tengah. Melalui kerja sama dengan China, mereka tidak hanya memperkuat militer secara fisik, tetapi juga secara strategis dan psikologis. Walau masih banyak hambatan, terutama dari sanksi dan tekanan internasional, Iran tampaknya tak ingin bergantung lagi hanya pada alutsista lama atau produksi dalam negeri.
Jika kerja sama ini terus berlanjut, bukan tidak mungkin Timur Tengah akan memasuki babak baru dalam perlombaan senjata. Dan tentu saja, dunia akan terus mengamati langkah-langkah selanjutnya dari dua kekuatan besar: Iran dan Israel.
Dapatkan informasi terbaru seputar Gadget, Anime, Game, Tech dan Berita lainnya setiap hari melalui social media Gadget VIVA. Ikuti kami di : | |
---|---|
@gadgetvivacoid | |
Gadget VIVA.co.id | |
X (Twitter) | @gadgetvivacoid |
Whatsapp Channel | Gadget VIVA |
Google News | Gadget |