Trump Bidik Arab Saudi untuk Normalisasi Hubungan dengan Israel Pasca Perang Gaza
- lifehack
Pernyataan itu konsisten disampaikan oleh Riyadh di berbagai forum internasional, termasuk dalam pertemuan Liga Arab dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI). “Posisi kami jelas. Tidak akan ada normalisasi tanpa solusi dua negara dan tanpa berdirinya negara Palestina merdeka,” kata Menteri Luar Negeri Saudi dalam pernyataannya beberapa waktu lalu.
Selain faktor politik dan solidaritas terhadap Palestina, terdapat pula kendala teknis yang berpotensi menggagalkan ambisi Trump. Salah satunya adalah perdebatan soal tawaran Amerika Serikat kepada Arab Saudi berupa transfer teknologi nuklir untuk tujuan damai. Dalam rencana itu, AS siap membantu Saudi mengembangkan energi nuklir sipil sebagai bagian dari imbalan normalisasi dengan Israel.
Namun, ide ini langsung mendapat penolakan keras dari pihak Israel. Pemerintah Israel menilai kesepakatan semacam itu bisa membuka peluang bagi Riyadh untuk mengembangkan senjata nuklir di masa depan, sama seperti yang dicurigai terjadi di Iran. Kekhawatiran itu menjadi alasan utama mengapa Israel belum memberikan persetujuan terhadap paket kesepakatan yang diusulkan Washington.
Sementara itu, di tengah wacana normalisasi baru ini, kondisi di lapangan masih jauh dari tenang. Meski gencatan senjata telah disepakati, hubungan Israel dan Hamas tetap tegang. Beberapa laporan menyebutkan bahwa perbatasan Rafah di selatan Gaza belum sepenuhnya dibuka, meski sebelumnya dijanjikan oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Hal itu memicu kecaman keras dari pihak Hamas yang menyebut Israel bertindak fasis dan ingkar janji.
Di sisi lain, negara-negara yang telah menandatangani Abraham Accords juga mulai menunjukkan tanda-tanda ketidakpuasan. Uni Emirat Arab, misalnya, belakangan dikabarkan mengancam akan menurunkan level hubungan diplomatiknya dengan Israel. Ketegangan itu muncul karena Israel dianggap gagal menahan agresinya di Gaza dan tidak menunjukkan komitmen nyata terhadap solusi damai bagi Palestina.
Jika situasi ini terus berlanjut, maka fondasi Abraham Accords yang dibangun pada masa pemerintahan Trump bisa goyah. Bahkan, beberapa analis menilai bahwa langkah UEA untuk mempertimbangkan kembali hubungannya dengan Israel bisa menjadi sinyal buruk bagi masa depan perjanjian tersebut.