Diserang Tuduhan Teroris dan Diancam Trump, Cawalkot Muslim Zohran Mamdani Justru Unggul Telak di New York!
- lifehack
Situasi semakin memanas ketika mantan Presiden Donald Trump turut angkat bicara. Dalam sebuah wawancara, Trump mengancam akan menghentikan bantuan dana federal untuk New York jika Mamdani terpilih sebagai wali kota. Ia juga menyinggung kemungkinan untuk “menangkap dan mendeportasi” kandidat Muslim itu, sebuah pernyataan yang segera dikecam luas karena dianggap melanggar prinsip demokrasi dan kebebasan beragama.
Meski serangan demi serangan datang bertubi-tubi, Mamdani menunjukkan ketenangan luar biasa. Ia menolak untuk terjebak dalam permainan politik identitas dan memilih fokus pada isu-isu yang menyentuh kehidupan nyata warga. Dalam sebuah pidato emosional di luar masjid di Bronx pada Jumat, 24 Oktober 2025, Mamdani menegaskan bahwa fitnah dan kebencian tidak akan menggoyahkan langkahnya.
“Menjadi Muslim di New York berarti sering menghadapi penghinaan, tetapi penghinaan tidak membuat kami lemah. Justru keteguhan menghadapi penghinaan itulah yang membuat kami kuat,” ucapnya di hadapan para pendukung yang memadati halaman masjid.
Mamdani kemudian menekankan bahwa visinya bukan sekadar tentang politik identitas, melainkan soal perubahan nyata bagi kehidupan masyarakat New York. Ia menyoroti masalah ketimpangan sosial, meningkatnya harga sewa rumah, dan sulitnya akses terhadap layanan publik yang layak. Menurutnya, warga kota tidak butuh politik kebencian, tetapi kepemimpinan yang menghadirkan solusi.
“Kami berbicara tentang perumahan yang terjangkau, tentang upah yang layak, tentang layanan kesehatan dan pendidikan untuk semua. Inilah isu yang benar-benar penting, bukan asal-usul atau agama seseorang,” tegas Mamdani.
Sikap tenang dan pesan-pesan penuh empati dari Mamdani dinilai menjadi salah satu alasan mengapa dukungan terhadapnya semakin meluas. Banyak pengamat menilai bahwa upayanya melawan kebencian dengan narasi persatuan berhasil menciptakan kontras yang kuat dibandingkan gaya kampanye lawan-lawannya.
Profesor Ilmu Politik dari Columbia University, Dr. Laila Khan, menilai bahwa Mamdani berhasil memanfaatkan momentum untuk membalikkan serangan menjadi kekuatan moral. “Masyarakat New York dikenal sangat beragam dan inklusif. Ketika seorang kandidat diserang karena identitasnya, banyak warga justru akan melihatnya sebagai simbol perlawanan terhadap diskriminasi. Itulah yang terjadi pada Mamdani,” jelasnya.