Israel Klaim Ditembaki, Langsung Balas Gempur Gaza, 21 Nyawa Melayang
- Anadolu via Getty Images/Anadolu
Menurut IDF, individu tersebut menembaki tentara Israel dari wilayah selatan Gaza, yang seharusnya menjadi koridor aman untuk distribusi bantuan kemanusiaan. “Kami mulai menyerang target teror di Jalur Gaza sebagai respons,” demikian pernyataan militer.
Namun, pihak Gaza membantah klaim tersebut. Tidak ada bukti visual atau laporan independen yang memverifikasi keberadaan penyerang bersenjata di lokasi tersebut. Sebaliknya, saksi mata mengatakan bahwa serangan menghantam rumah biasa tanpa aktivitas mencurigakan.
Gencatan Senjata yang Rapuh: Janji Damai yang Cepat Pudar
Gencatan senjata antara Israel dan Hamas mulai berlaku pada 10 Oktober 2025, setelah dua tahun perang brutal yang menewaskan lebih dari 45.000 warga Palestina dan 1.200 warga Israel. Kesepakatan ini ditengahi oleh Amerika Serikat, dengan dukungan Mesir dan Qatar.
Inti kesepakatan mencakup:
- Penarikan bertahap pasukan Israel dari Gaza
- Pembukaan koridor bantuan kemanusiaan
- Pertukaran tahanan dan sandera
- Penghentian serangan militer sementara
Namun, sejak awal, gencatan senjata ini tidak pernah sepenuhnya stabil. Kedua pihak saling melaporkan “pelanggaran kecil”, seperti penembakan sporadis atau patroli mendekati garis demarkasi. Ketegangan terus membara dan insiden 22 November tampaknya menjadi titik balik.
Dampak Kemanusiaan: Bantuan Terganggu, Warga Terjebak
Serangan di Nuseirat sangat mengkhawatirkan karena wilayah itu merupakan salah satu koridor utama distribusi bantuan PBB. Truk makanan, obat-obatan, dan bahan bakar biasanya melewati rute tersebut untuk menjangkau jutaan warga yang bergantung pada bantuan internasional.
Kini, dengan infrastruktur jalan rusak dan warga trauma, aliran bantuan terancam terhenti. Badan-badan seperti UNRWA dan ICRC menyatakan keprihatinan mendalam, memperingatkan risiko kelaparan dan wabah penyakit jika akses kemanusiaan tidak segera dipulihkan.
Lebih dari 2,3 juta warga Gaza hampir seluruh populasi masih hidup dalam kondisi darurat. Lebih dari 1,9 juta di antaranya adalah pengungsi internal, tinggal di tenda atau bangunan rusak tanpa listrik, air bersih, atau layanan kesehatan memadai.
Respons Internasional: Kecaman, Seruan, dan Kebisuan Strategis
Hingga Minggu (23/11/2025), reaksi global masih terpecah:
- Amerika Serikat: Menyerukan “penahanan diri” namun tidak mengutuk serangan Israel secara eksplisit.
- Uni Eropa: Menyatakan “keprihatinan mendalam” dan mendesak kedua pihak kembali ke meja perundingan.
- Liga Arab dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI): Mengutuk serangan Israel sebagai “pelanggaran berat terhadap gencatan senjata dan hukum humaniter internasional.”