Kenapa 5G di Indonesia Lemot? OpenSignal Bongkar Penyebab Utamanya!

Kenapa 5G di Indonesia Lemot? OpenSignal Bongkar Penyebab Utamanya!
Sumber :
  • XDA

Gadget – Indonesia kerap disebut sebagai salah satu pasar digital terbesar di Asia Tenggara. Namun, di balik potensi besar itu, perkembangan jaringan 5G justru jalan di tempat. Laporan terbaru dari lembaga analisis jaringan global OpenSignal mengungkap akar masalah utamanya: alokasi spektrum frekuensi yang belum optimal.

Gila! Snapdragon 6s Gen 4 Bawa GPU 59% Lebih Kencang—Siap Saingi Flagship?

Dalam laporan berjudul "Building ASEAN Digital Infrastructure: The Role of Spectrum", OpenSignal menyoroti bahwa Indonesia dan sebagian besar negara ASEAN masih gagal memanfaatkan pita frekuensi krusial untuk 5G, terutama pita 3,5 GHz—yang secara global dianggap sebagai sweet spot untuk keseimbangan antara kecepatan, kapasitas, dan jangkauan.

Artikel ini mengupas tuntas mengapa 5G Indonesia tertinggal, frekuensi apa saja yang masih terkunci, dampaknya terhadap masyarakat dan ekonomi digital, serta langkah strategis yang harus segera diambil pemerintah agar Indonesia tidak semakin tertinggal dalam lomba transformasi digital global.

Aplikasi Zangi Dipakai Ammar Zoni untuk Chat Tahanan Narkoba—Apa Itu Zangi?

Spektrum Frekuensi: Nyawa dari Jaringan 5G

Sebelum membahas lebih jauh, penting memahami satu prinsip dasar: 5G tidak bisa hidup tanpa spektrum frekuensi yang memadai. Spektrum adalah “jalan raya” tak kasat mata tempat data bergerak. Semakin lebar dan bersih jalannya, semakin cepat dan lancar lalu lintas data.

Cara SiCepat Dorong Efisiensi Logistik Nasional, Andalkan Konektivitas

Ada tiga kategori utama spektrum 5G:

  • Low-band (sub-1 GHz): seperti 700 MHz — jangkauan luas, cocok untuk pedesaan, tapi kecepatan terbatas.
  • Mid-band (1–6 GHz): seperti 2,6 GHz dan 3,5 GHz — keseimbangan ideal antara kecepatan dan cakupan.
  • High-band (mmWave, 24+ GHz): kecepatan ultra-tinggi, tapi jangkauan sangat pendek.

Di seluruh dunia, pita 3,5 GHz menjadi tulang punggung 5G. Namun di Indonesia, pita ini masih terikat dengan layanan satelit, sehingga tidak bisa dialokasikan penuh untuk jaringan seluler.

Fakta Mengejutkan dari Laporan OpenSignal

OpenSignal mencatat bahwa di kawasan ASEAN, pita upper mid-band (sekitar 3,5 GHz) menyumbang 66% dari total pengukuran spektrum aktif—tapi ironisnya, penggunaannya tidak merata.

Kondisi Indonesia:

  • Pita 3,5 GHz belum sepenuhnya dialokasikan untuk 5G karena tumpang tindih dengan layanan satelit.
  • Pita 700 MHz dan 2,6 GHz masih kosong, padahal sangat dibutuhkan untuk memperluas jangkauan dan kapasitas.
  • Belum ada lelang spektrum baru oleh Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi).
  • Akibatnya, sebagian besar operator masih mengandalkan 4G, bahkan untuk layanan yang diklaim “5G”.
Halaman Selanjutnya
img_title