Berani Lawan Arus! Spanyol Tolak Jual Senjata ke Israel Walau Perdamaian Gaza Diumumkan
- spain
Pemerintah Spanyol kembali menegaskan sikap kerasnya terhadap Israel. Meski kabar gencatan senjata antara Israel dan Hamas di Gaza telah tercapai, Madrid tidak akan mencabut embargo senjata yang sudah diberlakukan sejak awal agresi. Keputusan ini disampaikan langsung oleh Perdana Menteri Spanyol, Pedro Sanchez, yang menilai bahwa langkah tersebut adalah bentuk konsistensi terhadap nilai kemanusiaan dan hukum internasional.
Dalam wawancara bersama stasiun radio nasional Cadena SER pada Rabu (15/10/2025), Sanchez menyatakan bahwa embargo senjata terhadap Israel akan terus berjalan hingga benar-benar tercipta perdamaian yang menyeluruh dan berkelanjutan di Gaza. Menurutnya, gencatan senjata hanyalah awal dari proses panjang menuju keadilan dan rekonsiliasi antara Israel dan Palestina.
“Penting bagi kekerasan untuk berakhir sepenuhnya. Sekarang kita memiliki peluang bersejarah untuk membuka dialog terbuka antara Israel dan Palestina, sekaligus mewujudkan pengakuan dua negara,” ujar Sanchez dengan nada tegas. Ia menambahkan, Spanyol bersama negara-negara Eropa lainnya siap memainkan peran aktif dalam tahap rekonstruksi Gaza setelah perang, serta memastikan perdamaian dibangun di atas dasar hukum internasional.
Sanchez juga membuka kemungkinan Spanyol ikut serta dalam misi penjaga perdamaian internasional di Gaza. Tujuannya adalah untuk menjaga stabilitas dan melindungi warga sipil selama proses transisi menuju perdamaian yang lebih permanen. “Kami siap berkontribusi jika dibutuhkan, baik dalam aspek kemanusiaan maupun keamanan,” katanya.
Sikap Spanyol ini bukan kali pertama menunjukkan dukungan terbuka terhadap Palestina. Sejak awal perang di Gaza, pemerintah Sanchez dikenal sebagai salah satu pihak di Eropa yang paling vokal mengecam serangan Israel. Bahkan, Spanyol menjadi negara Eropa pertama yang menetapkan embargo senjata permanen terhadap Israel sebagai bentuk solidaritas terhadap rakyat Palestina yang menjadi korban kekerasan militer.
Dalam berbagai kesempatan, Sanchez menegaskan bahwa perdamaian sejati tidak bisa diartikan sebagai pengampunan bagi para pelaku kekerasan. “Perdamaian tidak bisa berarti melupakan; perdamaian tidak bisa berarti impunitas,” tegasnya. Ia menekankan bahwa keadilan harus ditegakkan terhadap siapa pun yang terlibat dalam genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Ucapan itu mengacu pada langkah Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) yang pada tahun lalu telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant. Keduanya diduga melakukan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan selama operasi militer di Gaza. Menurut Sanchez, tindakan ICC tersebut adalah bagian dari upaya global untuk menegakkan hukum dan mencegah terulangnya tragedi kemanusiaan serupa.
“Siapa pun yang menjadi aktor utama dalam genosida di Gaza harus diadili sesuai hukum internasional,” kata Sanchez dengan lantang. Ia menambahkan, keadilan bagi rakyat Palestina adalah elemen penting dari perdamaian yang sejati. Tanpa keadilan, kata dia, semua proses diplomasi hanya akan menjadi kesepakatan sementara tanpa makna mendalam bagi korban perang.
Sikap keras Spanyol terhadap Israel telah menimbulkan reaksi dari berbagai pihak. Sebagian negara Eropa menilai langkah tersebut terlalu konfrontatif, sementara lainnya memuji keberanian Madrid yang menempatkan nilai kemanusiaan di atas kepentingan politik. Di sisi lain, Israel menilai keputusan Spanyol tidak adil dan menuduh Madrid berpihak pada kelompok militan.
Namun, Sanchez tidak bergeming. Ia justru menegaskan bahwa keputusan embargo bukanlah bentuk permusuhan terhadap Israel, melainkan penegasan sikap moral. “Kami menolak memberikan senjata kepada pihak mana pun yang terlibat dalam pelanggaran hak asasi manusia. Ini bukan persoalan politik, melainkan tanggung jawab kemanusiaan,” ujarnya.
Sebelumnya, Spanyol juga menarik duta besarnya dari Tel Aviv sebagai bentuk protes terhadap kebijakan militer Israel di Gaza. Langkah tersebut menandai memburuknya hubungan diplomatik kedua negara. Meski demikian, Sanchez menyebut bahwa Spanyol tetap terbuka untuk dialog selama Israel menunjukkan itikad baik menuju perdamaian yang berkelanjutan.
Keputusan Madrid untuk tetap mempertahankan embargo senjata juga sejalan dengan meningkatnya tekanan publik di Eropa. Banyak kelompok masyarakat sipil, lembaga kemanusiaan, dan organisasi HAM yang menuntut agar negara-negara Eropa berhenti mendukung penjualan senjata ke Israel. Mereka menilai, bantuan militer justru memperpanjang penderitaan warga Gaza yang sudah terjebak dalam blokade dan kekerasan selama bertahun-tahun.
Kini, setelah gencatan senjata diumumkan, dunia internasional menaruh harapan besar agar konflik panjang antara Israel dan Hamas benar-benar berakhir. Namun, bagi Spanyol, perdamaian tidak hanya berarti berhentinya perang, tetapi juga harus diiringi dengan tanggung jawab hukum bagi para pelaku pelanggaran HAM. Sanchez menegaskan, tanpa keadilan, gencatan senjata hanya akan menjadi jeda sementara sebelum kekerasan kembali meletus.
Dengan sikap yang tegas dan konsisten ini, Spanyol menunjukkan dirinya sebagai salah satu suara moral yang berani di panggung internasional. Langkah Madrid untuk tidak mencabut embargo senjata, bahkan setelah adanya gencatan senjata, menjadi pesan kuat bahwa perdamaian sejati tidak bisa dibangun di atas darah dan ketidakadilan.
Sanchez menutup pernyataannya dengan seruan agar dunia tidak berpaling dari penderitaan rakyat Gaza. “Kita harus memastikan bahwa tragedi ini tidak terulang lagi. Hanya dengan keadilan, kita bisa membangun perdamaian yang sesungguhnya,” tuturnya.
Sikap Spanyol yang tegas ini sekaligus mengirimkan sinyal ke seluruh dunia bahwa solidaritas terhadap Palestina bukan hanya soal politik luar negeri, tetapi juga cerminan dari nilai-nilai kemanusiaan universal yang harus dijaga oleh setiap bangsa.