AS Desak Damai, Israel Tak Gubris: Gaza Kembali Jadi Neraka Dunia
- illustrasi
Kabar terbaru dari jalur diplomasi menyebutkan bahwa Hamas telah menyatakan kesediaannya untuk menerima proposal perdamaian yang diajukan oleh pemerintahan Trump. Dalam proposal tersebut, Israel diminta untuk menghentikan seluruh operasi militer di Gaza, sementara Hamas akan menghentikan serangan roket ke wilayah Israel. Jika kesepakatan tercapai, maka langkah ini bisa menjadi titik balik penting dalam konflik panjang yang telah menelan banyak korban jiwa di kedua pihak.
Namun, hingga kini, Israel belum menunjukkan tanda-tanda akan menuruti tekanan internasional. Pasukan militernya justru memperluas area operasi ke bagian selatan Gaza, termasuk ke wilayah yang sebelumnya dianggap sebagai zona aman bagi warga sipil. Serangan bertubi-tubi yang dilakukan sepanjang akhir pekan mengakibatkan ratusan bangunan hancur, sementara ribuan warga harus mengungsi ke tempat-tempat yang sudah penuh sesak.
Kantor Media Pemerintah Gaza mencatat bahwa sejak 7 Oktober 2023, serangan Israel telah memusnahkan lebih dari 2.700 keluarga Palestina—sekitar 8.500 orang tewas, termasuk 1.015 bayi berusia di bawah satu tahun. Angka tersebut menggambarkan betapa tragisnya situasi kemanusiaan di wilayah yang terkepung itu.
Selain korban sipil, serangan tersebut juga menewaskan sedikitnya 1.670 tenaga medis, 254 jurnalis, dan 140 petugas penyelamat dari pertahanan sipil. Rumah sakit-rumah sakit di Gaza kini berada di ambang kolaps akibat kekurangan pasokan obat, bahan bakar, dan peralatan medis. Banyak tenaga kesehatan terpaksa bekerja tanpa henti dengan sumber daya yang minim, sementara korban terus berdatangan setiap jam.
Di tengah kekacauan ini, dunia internasional mulai menunjukkan keprihatinan yang mendalam. Organisasi kemanusiaan menyerukan pembukaan koridor bantuan untuk mengirim pasokan makanan, air bersih, dan obat-obatan ke wilayah yang terisolasi. Namun, blokade yang diterapkan Israel membuat upaya tersebut berjalan sangat lambat.
Masyarakat global semakin menekan Israel agar menghentikan serangan dan membuka akses bagi bantuan kemanusiaan. Di berbagai negara, demonstrasi solidaritas untuk rakyat Palestina terus bermunculan, termasuk di Amerika dan Eropa. Banyak yang menilai, tanpa tekanan nyata dari sekutu-sekutunya, Israel akan terus melanjutkan operasi militernya tanpa mempertimbangkan dampak kemanusiaan.
Sementara itu, pemerintah Mesir tengah memainkan peran penting sebagai mediator. Negosiasi yang berlangsung di Kairo diharapkan dapat menghasilkan kesepakatan gencatan senjata sementara yang memungkinkan bantuan masuk dan korban sipil dievakuasi. Namun, para analis menilai bahwa keberhasilan perundingan ini sangat bergantung pada kesediaan Israel untuk menahan diri dan memberikan ruang bagi proses diplomasi berjalan.